Ada puluhan ribu gereja di Indonesia, tapi tidak banyak gereja yang bertahan hingga ratusan tahun. Apakah Anda tahu sejarahnya? Bagaimana gereja ratusan tahun bisa bertahan hingga saat ini dan menjadi saksi perjalanan iman di Nusantara? Gereja Immanuel (http://www.immanuelstpaul.org/) akan menceritakan keunikan di balik bangunan-bagunan bersejarah tersebut kepada Anda. Mari kita jelajahi 10 gereja tertua di Indonesia, yang tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga warisan sejarah yang bernilai budaya.
Gereja merupakan tempat ibadah umat agama Kristen, baik itu Katolik maupun Protestan. Sebagai agama dengan jumlah penganut terbanyak kedua di Indonesia, tempat ibadah umat Kristen ini memiliki sejarah yang cukup panjang.
Dalam catatan sejarah, agama Kristen muncul di Indonesia sejak abad ke-7, tepatnya pada 645 M yang disebarkan melalui gereja timur Assyria yang ada di dua tempat yaitu Pancur (Deli Serdang) dan Barus (Tapanuli Tengah) yang ada di Sumatera. Namun, jumlah penganutnya meningkat drastis ketika bangsa Portugis dan Spanyol masuk ke Indonesia pada abad ke-16. Pada saat itu pula, jumlah gereja yang ada di Indonesia makin bertambah dari tahun ke tahun.
Menurut data Kemenag, hingga 2021 tercatat ada 76 ribu lebih gereja yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut masih bisa bertambah tiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penganut agama Kristen. Di antara puluhan ribu gereja, ada banyak gereja-gereja berusia puluhan hingga ratusan tahun yang memiliki latar belakang sejarah yang panjang.
Dari sekian banyaknya gereja bersejarah yang ada di Indonesia, terdapat 10 gereja yang dilabeli sebagai gereja tertua. Berikut daftar 10 gereja tertua di Indonesia yang bernilai sejarah nan indah.
Gereja Sion
Meski agama Kristen masuk ke Indonesia sejak 645 M, namun gereja pertama di Indonesia baru dibangun pada 1619. Gereja ini bernama Gereja Sion yang terletak di Jakarta, tepatnya ada di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya.
Gereja yang memiliki nama lain Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis ini dibangun sejak 1617 dan selesai pada 1619. Mulanya, gereja ini dibangun sebagai tempat ibadah bagi tawanan VOC yang berkebangsaan Portugis. Gereja yang dirancang oleh Mr E. Ewout Verhagen ini juga menjadi peristirahatan terakhir Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Zwaardecroon.
Gereja ini pernah mengalami kebakaran hebat dan dibangun kembali pada 1695. Selain itu, ketika masa penjajahan Jepang, Gereja Sion juga sempat ditutup lalu dibuka kembali pada 1946.
Gereja Tugu
Sebagai kota yang bersejarah panjang, terutama di bidang pemerintahan dan perdagangan, banyak terdapat gereja tua di Jakarta. Selain Gereja Sion, ada gereja tua lainnya yaitu Gereja Tugu. Belum ada kepastian waktu pembangunannya, namun beberapa ahli sejarah berpendapat Gereja Tugu dibangun antara 1676-1678 seiring dengan dibukanya sekolah rakyat pertama di Indonesia oleh Melchior Leydecker.
Ada beragam cerita tentang asal mula nama gereja ini. Sebagian orang berpendapat nama “Tugu” diberikan karena lokasi gereja ini berada di Kampung Tugu, tempat ditemukannya prasasti peninggalan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanegara yang berbentuk seperti tugu. Sebagian lainnya juga meyakini nama “Tugu” berasal dari penggalan kata Portugis, yaitu Por-tugu-ese, sebutan untuk orang Portugis yang menempati Kampung Tugu.
Gereja Eben-Haezer Nusalaut
Gereja Ebenhaezer, yang juga ditulis Eben Haezer, adalah gereja tertua yang ada di Nusa Laut, Maluku. Gereja ini dibangun pada 1715-1719 pada masa pemerintahan Raja Sila yang bernama Djouw Louwis Pati Sila. Gereja ini terbilang unik karena memiliki prasasti yang berisi sejarah pembangunannya, yang diletakkan pada sisi pintu masuk. Pada prasasti itu tertulis “Djouw Louwis Pati Sila Pounja Wactou,
Ini Jgeresia Souda Moulai Badiri Akan, Kapada 28 Hari Boulang Mart Taon 1715, Berhabis Akan Kapada Hari Boulang Taon 1719″.
Meski bangunan gereja tampak sederhana, dulunya gereja ini lebih sederhana lagi. Pada awal dibangun, Gereja Eben-Haezer hanya beratapkan rumbia, atau anyaman daun sagu. Setelah mengalami beberapa renovasi, bangunan Gereja Eben-Haezer sekarang tetap kokoh dan terawat.
Gereja Blenduk
Sebagai pulau dengan penduduk terpadat, penyebaran agama Kristen terbilang meningkat pesat pada masa-masa masuknya bangsa asing. Tidak hanya di Jakarta, di daerah lain seperti Jawa Tengah juga terpengaruh dengan agama Kristen. Bukti nyatanya ada pada keberadaan gereja tertua di Semarang, yaitu Gereja Blenduk atau Gereja Blendug.
Gereja ini dibangun pada 1753 oleh bangsa Portugis dengan bentuk awal berupa rumah panggung. Kemudian, pada 1787-1794, gereja ini dibangun kembali dengan arsitektur gaya Renaissance dan Barok oleh W. Westmaas dan H.P.A. de Wilde.
Sebenarnya, gereja ini bernama GPIB Immanuel Semarang. Sebutan “Blenduk” diberikan oleh masyarakat karena bangunan gereja yang berbentuk segi delapan dengan kubah besar di atasnya. Kubah itulah yang disebut “mblendug” oleh masyarakat sekitar, yang artinya berbentuk bulat atau bundar, menyerupai gendang atau beduk.
Gereja Immanuel Jakarta
Biasanya, gereja dibangun untuk memudahkan umat beragama Kristen beribadah. Namun, selalu ada keunikan dalam setiap cerita sejarahnya, apalagi untuk gereja-gereja tua. Satu di antaranya adalah Gereja Immanuel Jakarta, yang dibangun pada 1834 – 1839.
Dulunya, gereja ini diberi nama Gereja Willemskerk karena diresmikan untuk menghormati Raja Willem I, yang memerintah Belanda pada 1813 – 1840. Gereja ini dibangun berdasarkan kesepakatan antara umat Reformed (kelompok denominasi Kristen Protestan yang berdasarkan pada teologi Calvinisme) dan umat Lutheran (denominasi gereja Protestan yang berasaskan teologi Martin Luther) di Batavia atau Jakarta.
Satu keunikan lainnya, Gereja Immanuel Jakarta memiliki orgel dari tahun 1843 yang dibuat oleh J. Datz dari Belanda. Orgel yang sempat dibongkar dan dibersihkan pada 1985 tersebut masih berfungsi dengan baik hingga sekarang.
Gereja Fidelis Sejiram
Penyebaran agama Kristen semakin luas pada masa kolonial Belanda. Meski lebih terasa di Jawa, namun misi penyebaran agama tersebut juga sampai hingga Kalimantan. Pada 1890, seorang pastor bernama Looymans datang ke Semitau, sebuah kota kecil yang menjadi pusat perdagangan dan dikuasai Belanda di Kalimantan Barat. Setelah setahun lebih belajar bahasa dan budaya setempat, Pastor Looymans berpindah ke Sejiram dan membangun gereja di pinggir Sungai Seberuang pada 1892.
Meski sempat vakum karena Pastor Looymans dipindahtugaskan pada 1898, gereja yang memiliki patung ayam jago bertengger di atas salib itu dibangun kembali oleh warga setempat bersama Pastor Euhenius dan Pastor Camillus pada 1996. Karena nilai sejarahnya, pada 2004 bangunan bernama resmi Gereja Katolin Santo Fidelis ini diakui sebagai cagar budaya yang wajib dilindungi.
Gereja Tua Sikka
Gereja Tua Sikka dibangun pada 1896 dan selesai pada 1899. Disebut “Gereja Tua Sikka” karena gereja ini terletak di Desa Sikka, Nusa Tenggara Timur. Namun, gereja berusia 125 tahun lebih ini memiliki nama resmi yaitu Gereja Santo Ignatius Loyola. Dibangun oleh Pastor JF Le Cocq D’armanddaville SJ, seorang misionaris dari Portugis, dengan bantuan Raja Don Alexu Ximenes da Silva dan masyarakat kerajaan Sikka, gereja ini bisa kokoh meski pernah diguncang gempa hebat pada 1992.
Fakta uniknya, gereja yang dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans SJ, yang juga mendesain Gereja Katedral Jakarta ini memiliki motif-motif tenun ikat tradisional pada dindingnya meski bangunannya termasuk dalam gaya barok yang populer pada masa itu. Hingga saat ini, Gereja Tua Sikka masih digunakan dalam setiap kegiatan keagamaan sekaligus menjadi destinasi wisata yang menarik para turis.
Gereja Kepanjen Surabaya
Gereja tua berusia ratusan tahun tidak hanya ada di Jakarta atau Jawa Tengah. Di Jawa Timur sebuah gereja yang bergaya neo-gothic dengan interior batu bata merah yang terekspos hingga luar bangunan. Dibangun pada 1899 dan diresmikan pada 1900, gereja ini memiliki nama resmi Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria.
Nama Gereja Kepanjen diberikan oleh warga setempat karena letak gereja ini berada di Jalan Kepanjen. Meski sempat mengalami kebakaran hebat pada peristiwa 10 November 1945, Gereja Kepanjen telah direnovasi tiga kali hingga menjadi bangunan yang indah dan estetik seperti sekarang. Karena sejarah dan keindahannya, Gereja berusia 124 tahun ini ditetapkan sebagai cagar budaya pada 1998.
Gereja Katedral Jakarta
Berbicara soal gereja tertua, maka tidak lengkap jika tidak memasukkan Gereja Katedral Jakarta yang diresmikan pada 1901. Gereja yang dibangun dengan gaya ne-gothic ini memiliki nama lengkap De Kerk van Onze Lieve Vrouwe ten Hemelopneming atau Gereja Katedral Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.
Gereja termegah di Jakarta ini dirancang oleh dua arsitek hebat yaitu Pastor Antonius Dijkmans SJ dan M.J. Hulswit. Meski diresmikan pada 1901, faktanya Gereja Katedral telah ada sejak 1807 dan mengalami beberapa renovasi hingga berbentuk bangunan yang megah seperti saat ini. Beberapa orang meyakini gaya bangunan Gereja Katedral saat ini sangat mirip dengan Gereja Sint-Petrus-en-Pauluskerk yang ada di Belgia.
Sama seperti gereja-gereja tertua sebelumnya, Gereja Katedral Jakarta juga telah dinobatkan sebagai bangunan cagar budaya pada 1999. Selain bangunan yang terbuka untuk umum, Gereja Katedral juga memiliki museumnya sendiri yang diberi nama Museum Katedral Jakarta.
Gereja Candi Hati Kudus Yesus
Jika biasanya gereja dibangun dengan gaya bangunan gotik atau barok, gereja yang berada di Yogyakarta ini memiliki arsitektur yang unik. Menyatukan dua budaya, gereja bernama Gereja Candi Hati Kudus Tuhan Yesus dibangun dengan gaya Hindu Jawa dan Kristen. Jika Anda membayangkan gereja berbentuk candi, maka Anda salah. Gereja dan candi ini tidak dibangun dalam waktu yang sama.
Bangunan gereja dibangun oleh keluarga Schmutzer, pemilik pabrik gula Gondanglipuro pada 1924. Sedangkan bangunan candi, yang juga disebut Candi Ganjuran, dibangun tiga tahun setelah bangunan gereja selesai. Uniknya, di dalam bilik candi terdapat sebuah patung hati Yesus yang diberi nama Kristus Raja, yang melambangkan ajaran sosial Kristen, yaitu memberi perhatian pada kaum yang lemah dan buruh.
Dengan gaya bangunan yang unik dan bernilai budaya, Gereja Candi Hati Kudus Yesus telah dianggap sebagai situs bersejarah dan sering dikunjungi para penganut agama Kristen yang sedang berwisata religi ke Yogyakarta.
Ingin sukses di 2025? Tingkatkan kecerdasan spiritual Anda dengan 25 buku ini.
Menarik, ya?
Selain 10 gereja tersebut, sebenarnya masih banyak gereja-gereja tua yang bernilai sejarah dan indah di Indonesia. Kalau kita bahas semuanya, tidak cukup dengan dua artikel.
Namun, dengan mengetahui sejarah 10 gereja tertua di Indonesia, kita bisa belajar bahwa meski ratusan waktu berlalu, sebuah tempat akan semakin bernilai jika tetap dijaga fungsi dan manfaatnya. Karena itu, jangan lupa untuk selalu menjaga lingkungan dan sikap kita saat berada di tempat-tempat bersejarah.
Ada rekomendasi sejarah bangunan tua lainnya? Share di kolom komentar, yuk.
Semoga hari Anda selalu menyenangkan, ya.
See you!
Views: 0