
Pernahkah kamu merasa cemas melihat nilai uang yang semakin tergerus inflasi?
Atau mungkin kamu sedang mencari cara untuk melindungi aset keuanganmu dengan cara yang relatif aman? Kalau iya, investasi emas mungkin bisa menjadi jawabannya.
Emas sudah menjadi aset berharga sejak ribuan tahun lalu dan terus menjadi pilihan favorit hingga saat ini.
Tahu nggak, dalam 5 tahun terakhir saja harga emas telah mengalami kenaikan sekitar 35%?
Bahkan selama pandemi COVID-19 (2020-2023), harga emas meroket hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa.
Banyak orang masih berpikir bahwa investasi emas adalah privilege bagi mereka yang sudah punya banyak uang.
Padahal, di era digital seperti sekarang, investasi emas bisa dimulai dengan modal yang sangat terjangkau.
Kamu bisa mulai berinvestasi emas dengan dana hanya Rp100.000 melalui platform emas digital.
Keren, kan?
Apakah kamu sudah memulai investasi emas untuk menyimpannya demi masa depan yang cerah?
Kalau belum, jangan khawatir!
Kamu bisa memulainya kapan saja, bahkan sekarang juga.
Yuk, simak penjelasan lengkapnya di artikel ini!
Fakta Menarik tentang Emas yang Wajib Kamu Ketahui
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi emas, ada beberapa fakta menarik yang perlu kamu ketahui.
Dengan memahami karakteristik emas, kamu akan bisa mengambil keputusan investasi yang lebih bijak. Mari kita bahas satu per satu!
1. Harga Emas Tidak Selalu Naik
“Emas pasti naik terus, dong?”
Nah, ini nih mitos yang sering kita dengar.
Padahal, harga emas juga mengalami fluktuasi setiap harinya, mirip seperti saham atau komoditas lainnya (cabai misalnya).
Meskipun dalam jangka panjang tren harga emas cenderung naik (lihat saja grafik 50 tahun terakhir), tapi dalam jangka pendek, harganya bisa naik turun dengan cukup signifikan.
Misalnya, pada awal 2020 harga emas sekitar Rp800.000 per gram, lalu melonjak hingga Rp1.050.000 di tengah pandemi, dan kemudian terkoreksi kembali.
Jadi, jangan kaget kalau suatu hari kamu cek harga emas dan ternyata lebih rendah dari hari sebelumnya.
That’s totally normal!
2. Tingkat Kemurnian Emas Diukur dengan Satuan Karat
Kalau kamu pernah dengar istilah “emas 24 karat” atau “emas 22 karat”, itu merujuk pada tingkat kemurnian emas.
Emas murni 100% memiliki kadar 24 karat (atau 99,99% kemurnian).
Untuk investasi, sebaiknya pilih emas dengan kemurnian tertinggi yaitu 24 karat.
Sedangkan untuk perhiasan, biasanya menggunakan emas 22 karat atau bahkan 18 karat karena lebih tahan terhadap goresan dan kerusakan fisik.
Jadi, saat membeli emas, jangan cuma perhatikan beratnya saja, ya. Pastikan juga kadar kemurniannya sesuai kebutuhanmu.
3. Emas Merupakan Alat Tukar Tertua di Dunia
Fun fact bahwa emas sudah digunakan sebagai alat pembayaran sejak tahun 700 Sebelum Masehi.
Jauh sebelum uang kertas atau kartu kredit ditemukan, nenek moyang kita sudah menggunakan koin emas untuk bertransaksi.
Bahkan hingga saat ini, meskipun kita nggak lagi menggunakan koin emas untuk berbelanja, emas tetap dianggap sebagai “mata uang universal” yang diakui di seluruh dunia.
Karena sifatnya yang istimewa itulah emas sering disebut sebagai “safe haven asset” saat ekonomi global sedang bergejolak.
4. Fluktuasi Harga Emas Bergantung pada Supply and Demand
Sama seperti barang komoditas lainnya, harga emas juga mengikuti hukum supply and demand.
Yang membuat emas spesial adalah ketersediaannya yang sangat terbatas di alam.
Menurut data World Gold Council, total emas yang sudah ditambang sepanjang sejarah manusia hanya sekitar 198.000 ton.
Bayangkan, kalau semua emas itu digabungkan, ukurannya hanya akan sebesar lapangan sepak bola dengan tinggi 3 meter saja!
Eksplorasi dan penambangan emas juga membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga pasokan emas baru ke pasar relatif terbatas setiap tahunnya.
Inilah yang membuat harga emas cenderung naik dalam jangka panjang.
5. Penyimpanan Emas: Solusi Modern untuk Masalah Klasik
Emas fisik memang berukuran kecil tapi nilainya sangat besar.
Satu keping emas 100 gram saja nilainya bisa mencapai Rp100 juta lebih! Ini membuat teknik menyimpan emas menjadi tantangan tersendiri.
Untungnya, di era modern ini ada banyak solusi. Selain di rumah, kamu bisa menyimpan emas di:
- Safe Deposit Box di bank: Biaya sewanya sekitar Rp200.000-500.000 per tahun, bergantung ukurannya.
- Layanan penyimpanan dari Antam: Kalau kamu membeli emas batangan resmi dari Antam, kamu bisa menitipkannya dengan biaya penitipan yang relatif terjangkau.
- Platform emas digital: Seperti Tokopedia Emas, Pegadaian Digital, atau Pluang yang memungkinkanmu berinvestasi emas tanpa perlu memikirkan penyimpanan fisik.
Dengan berbagai opsi ini, masalah penyimpanan emas seharusnya bukan lagi menjadi halangan untuk berinvestasi.
6. Semakin Besar Pecahan Emas, Semakin Murah Harganya
Mungkin kamu bertanya-tanya, “Kok bisa ya sekeping emas utuh 100 gram harganya lebih murah daripada 100 keping emas 1 gram?”
Per 4 Mei 2025, harga emas Antam untuk pecahan 100 gram adalah sekitar Rp184 juta-an (atau Rp1,8 juta per gram), sementara harga emas 1 gram sekitar Rp1,9 juta. Ada selisih sekitar Rp100.000 per gramnya!
Alasannya adalah karena adanya biaya produksi.
Proses pembuatan, pengujian, dan sertifikasi untuk setiap keeping emas membutuhkan biaya tetap, terlepas dari beratnya.
Jadi, biaya produksi per gram untuk emas dengan pecahan kecil menjadi lebih tinggi.
Kalau tujuan kamu murni investasi jangka panjang, lebih baik beli emas dengan pecahan besar untuk mendapatkan harga per gram yang lebih murah.
Tapi, kalau kamu juga membutuhkan kemudahan likuiditas (mudah diperjualbelikan), pecahan kecil bisa jadi lebih fleksibel.
Memahami Faktor yang Mempengaruhi Naik Turunnya Harga Emas

Siapa di antara kita yang nggak pingin membeli emas saat murah-murahnya dan menjualnya saat harga lagi tinggi-tingginya?
Untuk bisa melakukan itu, kita perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Yuk, simak penjelasannya!
1. Ketidakpastian Kondisi Global
Emas sering disebut sebagai “aset pelindung” saat dunia sedang gonjang-ganjing.
Ketika ada perang, pandemi, atau krisis ekonomi, banyak investor yang berlari ke emas untuk melindungi nilai aset mereka.
Contoh nyatanya adalah ketika perang Rusia-Ukraina pecah pada Februari 2022, harga emas melonjak hampir 10% dalam waktu singkat.
Fenomena serupa terjadi saat pandemi COVID-19 mulai menyebar secara global pada awal 2020.
Dan yang terbaru tentu saja sampai dengan pertengan 2025 ini, harga emas nggak ada capek-capeknya nanjak akibat perang tarif Trump.
Jadi, kalau kamu melihat kondisi dunia seolah sudah di pinggir jurang, mungkin itu adalah sinyal untuk mempertimbangkan menambah porsi emas dalam portofoliomu.
Tapi tetap hati-hati kawan, karena kalau timing-nya nggak pas, bisa-bisa kita justru beli emas di harga pucuk.
2. Naik Turunnya Kurs Mata Uang
Harga emas global ditetapkan dalam mata uang Dolar Amerika (USD).
Karena itu, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD akan sangat mempengaruhi harga emas di Indonesia.
Misalnya, ketika Rupiah melemah terhadap USD (misal dari Rp14.000 menjadi Rp16.000 per USD), maka harga emas dalam Rupiah akan naik meskipun harga emas global dalam USD nggak berubah.
Ini salah satu alasan mengapa emas dianggap sebagai lindung nilai (hedging) yang baik terhadap pelemahan mata uang lokal, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia.
3. Perbandingan Jumlah Permintaan dan Penawaran
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, hukum ekonomi dasar tentang supply and demand juga berlaku untuk emas.
Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi permintaan emas antara lain:
- Musim pernikahan di India (salah satu konsumen emas terbesar di dunia).
- Perayaan Imlek di China dan negara-negara Asia yang merayakannya karena Imlek juga identik dengan emas.
- Kebijakan bank sentral dunia dalam membeli atau menjual cadangan emas.
- Panic buying emas yang terjadi di masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, bank sentral dari berbagai negara seperti Rusia, China, dan Turki telah meningkatkan pembelian emas mereka secara signifikan, yang turut mendorong kenaikan harga emas global.
4. Perubahan Tingkat Suku Bunga Bank
Ada hubungan yang menarik antara suku bunga dan harga emas. Umumnya, keduanya bergerak dalam arah yang berlawanan.
Ketika The Fed (Bank Sentral AS) menaikkan suku bunga, instrumen investasi seperti obligasi dan deposito menjadi lebih menarik karena memberikan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi.
Akibatnya, beberapa investor mungkin mengalihkan investasi mereka dari emas (yang nggak memberikan bunga) ke instrumen berbunga, sehingga harga emas cenderung turun.
Sebaliknya, ketika suku bunga rendah, biaya kesempatan (opportunity cost) untuk memegang emas menjadi rendah, dan harga emas cenderung naik.
3. Tingkat Inflasi
Emas telah terbukti sebagai lindung nilai yang efektif terhadap inflasi selama berabad-abad.
Ketika harga barang dan jasa naik (inflasi tinggi), nilai mata uang menurun, tetapi emas biasanya mempertahankan nilainya atau bahkan meningkat.
Contoh ekstrimnya bisa kita lihat di negara-negara yang mengalami hiperinflasi seperti Venezuela dan Zimbabwe.
Di negara-negara tersebut, masyarakat beralih ke emas dan mata uang asing untuk menyimpan kekayaan mereka karena mata uang lokal kehilangan nilai dengan sangat cepat.
Di Indonesia sendiri, kalau kita lihat data historis, harga emas cenderung naik lebih tinggi saat tingkat inflasi sedang tinggi.
Keuntungan Investasi Emas yang Wajib Kamu Pertimbangkan

Setelah memahami karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi harga emas, saatnya kita membahas keuntungan-keuntungan berinvestasi emas dibandingkan instrumen investasi lainnya.
Ini akan membantu kamu memutuskan apakah emas cocok untuk masuk dalam portofolio investasimu.
1. Investasi Emas Bisa Dimulai dengan Dana Kecil
Kabar baiknya, kamu nggak perlu jadi crazy rich untuk mulai berinvestasi emas!
Dengan perkembangan teknologi dan inovasi keuangan, investasi emas semakin inklusif dan terjangkau.
Melalui platform emas digital seperti Pegadaian Digital atau Tokopedia Emas, kamu bisa mulai berinvestasi dengan dana mulai dari Rp10.000 saja.
Bandingkan dengan investasi saham yang umumnya membutuhkan minimal Rp100.000 per lot atau reksadana yang biasanya meminta minimal Rp100.000-1.000.000 untuk pembelian awal.
Untuk emas fisik, harga 1 gram logam mulia Antam per 4 Mei 2025 memang sekitar Rp1,9 juta, tapi masih terjangkau dibandingkan kamu harus membeli tanah untuk investasi.
Dengan kata lain, kamu bisa mulai “nabung emas” secara bertahap sesuai dengan kemampuan finansialmu saat ini.
2. Emas Tidak Mengalami Perubahan Kualitas dalam Jangka Panjang
Berbeda dengan mobil atau properti yang nilainya bisa menyusut karena penurunan kualitas, emas nggak akan berkarat, busuk, atau rusak meski disimpan selama ratusan tahun!
Emas yang ditambang dan dicetak pada masa Romawi Kuno masih memiliki nilai yang sama dengan emas yang ditambang dan dicetak hari ini.
Itulah mengapa emas sering disebut sebagai “logam mulia” dan menjadi pilihan untuk menyimpan kekayaan lintas generasi.
Bandingkan dengan saham perusahaan yang bisa bangkrut, obligasi yang bisa default, atau properti yang bisa rusak kalau kamu nggak rawat dengan baik.
Kestabilan intrinsik emas inilah yang membuatnya unik sebagai instrumen investasi.
3. Risiko Rendah, Tapi Bukan Tanpa Risiko
Investasi emas memang memiliki profil risiko yang relatif rendah dibandingkan saham atau crypto.
Namun, penting untuk diingat bahwa semua investasi memiliki risiko, termasuk emas.
Beberapa risiko investasi emas yang perlu kamu waspadai:
- Fluktuasi jangka pendek: Harga emas bisa turun cukup tajam dalam jangka pendek.
- Pemalsuan: Terutama untuk emas fisik, resiko mendapatkan emas palsu cukup tinggi kalau kamu membelinya dari penjual yang mencurigakan.
- Pencurian: Untuk emas fisik yang disimpan di rumah, sudah pasti risiko pencurian akan selalu menghantui.
- Biaya penyimpanan: Safe deposit box atau asuransi untuk emas fisik bisa menambah biaya kepemilikan.
Untuk meminimalkan risiko, pastikan kamu hanya membeli emas dari sumber terpercaya seperti Antam, toko emas bersertifikat, atau platform digital yang terdaftar di OJK.
4. Minim Biaya Tambahan
Salah satu keuntungan investasi emas adalah kalau mau menyimpan emas dalam jangka panjang, kamu nggak perlu membayar biaya pemeliharaan rutin.
Nggak seperti properti yang membutuhkan biaya perawatan, pajak properti, atau saham yang terkena fee broker dan pajak dividen, emas relatif “tenang.”
Kalau kamu memilih platform emas digital, biaya yang dikenakan biasanya hanya saat transaksi jual beli (spread antara harga beli dan jual).
Sementara untuk emas fisik, biaya tambahan mungkin hanya untuk penyimpanan yang aman seperti brankas atau safe deposit box.
Ini menjadikan emas sebagai instrumen investasi yang efisien dari segi biaya, terutama untuk investasi jangka panjang.
5. Likuiditas Tinggi dan Diakui Secara Global
Emas adalah salah satu aset paling likuid di dunia.
Kamu bisa menjualnya dengan mudah hampir di mana saja di penjuru dunia ini.
Di Indonesia, ada banyak sekali tempat yang menerima jual beli emas, mulai dari toko emas tradisional, pegadaian, hingga platform digital.
Karena nilai emas itu diakui di seluruh dunia, meskipun kamu pindah ke negara lain, aset emasmu tetap memiliki nilai yang diakui di sana.
Bandingkan dengan properti yang mungkin butuh waktu berbulan-bulan untuk dijual, atau saham perusahaan lokal yang mungkin nggak dikenal di negara lain.
Risiko dan Tantangan Investasi Emas yang Perlu Diwaspadai
Sebagai investor yang cerdas, selain memahami potensi keuntungan kamu juga perlu tahu bahwa selalu ada risiko dari setiap instrumen investasi.
Berikut beberapa resiko dan tantangan dalam berinvestasi emas yang jarang dibahas:
1. Emas Tidak Menghasilkan Pendapatan Pasif
Berbeda dengan saham yang bisa memberikan dividen, properti yang bisa disewakan, atau obligasi yang memberikan kupon bunga, emas adalah aset yang “diam” dan nggak akan menghasilkan apa-apa sampai kamu menjualnya.
Keuntungan dari investasi emas murni berasal dari kenaikan harga (capital gain), bukan dari pendapatan pasif.
Ini menjadi pertimbangan penting kalau kamu mencari investasi yang bisa menghasilkan aliran kas rutin.
2. Biaya Transaksi yang Cukup Tinggi
Saat membeli atau menjual emas fisik, akan ada selisih (spread) antara harga beli dan harga jual yang cukup signifikan.
Misalnya, kamu membeli emas seharga Rp1,8 juta per gram, saat menjualnya kembali ke toko yang sama, mungkin dihargai hanya Rp1,75 juta per gram.
Untuk emas perhiasan, spread-nya bahkan bisa mencapai 20-30% karena adanya biaya pembuatan (ongkos).
Inilah mengapa emas perhiasan bukan barang yang ideal untuk dijadikan instrumen investasi murni.
3. Penyimpanan dan Keamanan
Meskipun ada berbagai solusi penyimpanan modern, keamanan tetap menjadi tantangan untuk emas fisik.
Kalau kamu menyimpan emas di rumah, resiko pencurian atau kehilangan selalu ada.
Kalau di safe deposit box, akan ada biaya sewa yang harus dikeluarkan.
Platform emas digital memang menyelesaikan masalah ini, tapi kamu perlu memastikan platform tersebut terpercaya dan diawasi oleh regulator.
Cara Memulai Investasi Emas dengan Bijak
Tertarik untuk mulai berinvestasi emas? Berikut langkah-langkah praktis yang bisa kamu ikuti:
1. Tentukan Tujuan Investasimu
Apakah kamu berinvestasi emas untuk dana pensiun jangka panjang, proteksi terhadap inflasi, atau diversifikasi portofolio?
Tujuan yang berbeda mungkin memerlukan strategi yang berbeda pula.
2. Pilih Bentuk Investasi Emas yang Tepat
Ada beberapa cara berinvestasi emas:
- Emas fisik (batangan/logam mulia): Cocok untuk investasi jangka panjang dan nilai besar
- Emas digital: Praktis, tanpa perlu penyimpanan fisik, bisa dimulai dengan nominal kecil
- ETF Emas: Diperdagangkan seperti saham, cocok untuk investor yang sudah familiar dengan pasar modal
- Perhiasan emas: Lebih untuk kesenangan pribadi, kurang ideal sebagai instrumen investasi murni
3. Terapkan Strategi Dollar-Cost Averaging (DCA)
Daripada mengeluarkan dana besar sekaligus, lebih baik beli emas secara berkala atau menabung dengan jumlah yang konsisten (misalnya Rp500.000 setiap bulan).
Strategi ini akan meminimalkan risiko fluktuasi harga dan membuat investasi terasa lebih ringan dan terjangkau.
4. Diversifikasi Portofoliomu
Meskipun emas adalah instrumen investasi yang relatif aman, sebaiknya jangan menaruh semua “telur dalam satu keranjang”.
Para ahli keuangan biasanya menyarankan alokasi 5-15% dari total portofolio untuk emas dan logam mulia lainnya.
5. Verifikasi Kemurnian dan Keaslian
Untuk emas fisik, pastikan kamu mendapatkan sertifikat keaslian dan membeli dari sumber terpercaya seperti Antam atau penjual emas resmi dan terpercaya.
Untuk emas digital, pilih platform yang terdaftar di OJK dan memiliki reputasi baik.
Perbandingan Investasi Emas dengan Instrumen Lain
Untuk membantumu memutuskan apakah emas cocok untukmu, berikut perbandingan singkat antara emas dan instrumen investasi populer lainnya:
Aspek | Emas | Saham | Reksadana | Properti |
Risiko | Rendah-Menengah | Menengah-Tinggi | Rendah-Tinggi (tergantung jenis) | Menengah |
Likuiditas | Tinggi | Tinggi | Menengah-Tinggi | Rendah |
Potensi Return | 7-10% per tahun | 10-15% per tahun | 5-20% per tahun | 8-12% per tahun |
Modal Awal | Rendah (mulai Rp10rb untuk emas digital) | Menengah (min. Rp100rb per lot) | Rendah-Menengah (Rp100rb-1jt) | Tinggi (puluhan juta) |
Pendapatan Pasif | Tidak ada | Ada (dividen) | Ada (dividen/kupon) | Ada (sewa) |
Biaya Kepemilikan | Minimal | Rendah (fee broker) | Rendah-Menengah (fee manajer) | Tinggi (pajak, perawatan) |
Kesimpulan: Emas sebagai Senjata untuk Mengamankan Kekayaan
Investasi emas memang bukan jalan cepat untuk menjadi kaya, tapi lebih sebagai pelindung kekayaan yang telah terbukti efektif selama ribuan tahun.
Dalam ekonomi modern yang sering bergejolak, emas bisa menjadi pelabuhan yang aman untuk sebagian dari aset keuanganmu.
Yang paling penting, jangan menempatkan seluruh danamu hanya pada satu jenis investasi.
Diversifikasi adalah kunci keberhasilan investasi jangka panjang.
Emas sebaiknya menjadi salah satu bagian dari portofolio investasimu, bukan satu-satunya.
Mulailah dengan langkah kecil dan konsisten.
Platform emas digital seperti Pegadaian Digital, Tokopedia Emas, atau Pluang bisa menjadi pintu masuk yang mudah untuk memulai investasi emas dengan modal minim.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu sudah siap untuk mulai melindungi kekayaanmu dengan emas?
Yuk, mulai investasi emasmu sekarang juga!