Majapahit, sebuah kerajaan terbesar di Jawa yang memiliki banyak peninggalan sejarah yang eksotis. Apa saja itu? Yuk, lihat eksotisme 5 situs sejarah Majapahit berikut ini.
Ketika membaca frasa “sejarah para raja”, yang terbayang dalam benak adalah kokohnya sebuah bangunan besar, citra dari sebuah kerajaan. Kalau sekarang, yang bisa kita lihat adalah sisa-sisa peninggalan kerajaan dahulu kala.
Di Jawa, banyak sekali peninggalan-peninggalan kerajaan yang dijaga keberadaannya hingga saat ini. Satu di antaranya adalah Majapahit, sebuah kerajaan besar, terbesar kedua, di Indonesia. Kerajaan ini berdiri pada sekitar 1293 M hingga 1500 M.
Jika Anda belajar tentang sejarah, nama “Majapahit” tidak pernah lepas dari Mahapatih Gajah Mada, Raden Wijaya, Hayam Wuruk, Brawijaya dan beberapa tokoh besar lainnya.
Saking terkenal agungnya nama Majapahit, ada banyak tempat, jalan, hingga lembaga pendidikan yang mengabadikan nama-nama yang berkaitan dengan Majapahit.
Majapahit memang sudah tidak ada sejak ratusan tahun silam. Namun, namanya tetap melegenda, peninggalannya selalu dijaga dan dihargai, dan sejarahnya selalu dihormati tanpa kecuali.
Ada sebuah daerah di Jawa yang memiliki peninggalan terbanyak dari Majapahit. Daerah kecil dengan bentuk kabupaten di Jawa Timur bernama Mojokerto.
Lebih dari ratusan peninggalan yang ditemukan di sana, tapi ada lima situs sejarah yang paling wajib Anda kunjungi.
Lima situs ini menjadi bukti megahnya Majapahit pada masanya, yang bisa Anda lihat hingga saat ini.
Apa saja itu?
Candi Wringin Lawang
Candi Wringin Lawang adalah satu di antara candi bentar tertua di Indonesia. Disebut candi bentar karena bentuknya yang menyerupai gapura (pintu gerbang) dengan ukuran yang sama dan simetris.
Hal ini menjadi bukti bahwa dulunya candi ini merupakan pintu masuk sebuah kompleks bangunan di wilayah Kerajaan Majapahit.
Terletak di Desa Jatipasar, ada sebab candi ini diberi nama Wringin Lawang. Artinya pintu beringin, karena waktu pertama ditemukan, terdapat dua pohon beringin yang mengapit candi ini. Masyarakat sekitar pun menyebutnya Candi Jatipasar atau Gapura Wringin Lawang.
Candi Wringin Lawang pernah dipugar pada 1991-1995 karena kondisinya yang kurang baik. Lokasi sekitar candi juga mengalami pembaruan dan perbaikan secara berkala agar lebih asri dan nyaman dikunjungi.
Setiap tahun, selalu ada perayaan kebudayaan dan acara berdoa bersama yang diadakan warga sekitar untuk menghormati leluhur. Selain itu, dari luar wilayah Mojokerto, sering dijumpai pemeluk agama hindu yang berkunjung secara rutin ke Candi Wringin Lawang sebagai bentuk ziarah.
Dari siswa hingga mahasiswa yang berasal dari dalam dan luar Mojokerto, juga sering melakukan berbagai kegiatan di sini. Mulai dari study tour, perkemahan, hingga pentas seni.
Saat ini desain arsitektur Candi Wringin Lawang banyak ditiru untuk pembuatan pintu gerbang bangunan pemerintahan, sekolah, hingga taman. Anda juga bisa dengan mudah menemukan bentuk serupa Candi Wringin Lawang jika berkunjung ke Bali.
Tertarik mengunjungi candi bentar Majapahit ini?
Dari Surabaya, Anda perlu naik kendaraan 2-3 jam, bergantung rute dan jenis kendaraan Anda. Sangat mudah menemukan lokasi candi ini karena bangunan candi akan terlihat dengan jelas dari jalan besar Surabaya – Madiun, yang sering dilalui bus-bus antarkota.
Untuk menikmati kemegahan Candi Wringin Lawang Anda hanya akan dikenai tiket masuk seharga Rp 5.000,- sudah termasuk dengan biaya parkir. Bahkan, jika Anda memiliki rekan yang tinggal daerah sekitar, Anda bisa memasukinya gratis dengan berjalan kaki.
Kolam Segaran
Bisa jadi situs sejarah ini adalah representasi betapa kaya rayanya Kerajaan Majapahit.
Kita semua tahu, dari jumlah dan besarnya ukuran peninggalannya, Majapahit adalah sebuah kerajaan yang besar dan kaya. Sejarah juga mencatat bahwa wilayah kerajaan ini sangat luas, yang menyebar hingga Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand.
Namun, di masa jayanya para anggota kerajaan memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan kekayaan dan keagungan Majapahit.
Satu di antaranya menggunakan Kolam Segaran sebagai lokasi penjamuan para tamu dari luar Majapahit. Bagaimana caranya?
Setiap tamu asing yang dijamu oleh Kerajaan Majapahit pasti akan terkesan dengan luas dan dalamnya Kolam Segaran. Tapi, tidak hanya itu yang ditunjukkan oleh Kerajaan Majapahit.
Semua peralatan makan, seperti piring, sendok, garpu, hingga gelas yang digunakan untuk menyajikan makanan tamu terbuat dari emas. Yang membuat para tamu kagum, peralatan makan tersebut dibuang ke kolam setelah habis dipakai. Sungguh mengesankan, bukan?
Setidaknya, itulah cerita rakyat yang beredar tentang Kolam Segaran. Namun, satu hal yang pasti, selain untuk menjamu tamu, Kolam Segaran juga digunakan sebagai waduk untuk distribusi air.
Jika Anda ingin mengunjungi situs ini, Anda perlu mempersiapkan diri untuk mencari lahan parkir, sebab area ini berada di tengah-tengah pemukiman penduduk tanpa adanya lahan khusus untuk pengunjung.
Beda dengan Candi Wringin Lawang, situs Kolam Segaran tidak bisa Anda lihat dari jalan raya. Anda perlu search lokasi situs ini melalui Google Maps atau bertanya langsung pada penduduk sekitar.
Tapi, tenang. Kolam Segaran cukup mudah ditemukan karena tidak jauh dari perempatan Jalan Raya Trowulan. Anda juga gratis mengunjungi situs ini dengan syarat wajib menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan.
Pendopo Agung
Pintu masuk sudah, ruang tamu sudah, saatnya ke ruang besar untuk urusan pemerintahan Majapahit. Yups, namanya Pendopo Agung.
Sebenarnya, situs ini dibangun oleh Kodam V/Brawijaya pada 1964-1973. Namun, bukan berarti tidak ada kaitannya dengan sejarah Majapahit sama sekali.
Pembangunan situs ini didasarkan pada penemuan umpak-umpak (alas tiang rumah) yang diyakini sebagai bekas bangunan pendopo keraton Majapahit di masa lalu. Hal ini juga diperkuat dengan adanya penemuan lokasi Paku Bumi Pengikat Gajah (tunggangan Mahapatih Gajah Mada) dan Petilasan Panggung Pertapaan Raden Wijaya.
Sebagai situs sejarah, Pendopo Agung memiliki beberapa spot yang bisa membantu visualisasi Anda terhadap masa jaya Kerajaan Majapahit, di antaranya adalah Prasasti Gajah Mada (yang berisi pengesahan situs oleh Komandan Pusat Polisi Militer pada 22 Juni 1986), Patung Raden Wijaya (tepat di tengah halaman pendopo), Relief Kisah Kerajaan Majapahit (berisi kisah penobatan Raden Wijaya dan pembacaan Sumpah Palapa Gajah Mada), Paku Bumi Pengikat Gajah, dan Petilasan Panggung.
Di antara situs-situs sejarah Majapahit di Mojokerto, Pendopo Agung adalah situs dengan area yang paling luas dan nyaman untuk pengunjung. Terbukti dari banyaknya pengunjung yang datang untuk beristirahat di dalam pendopo setelah lelah mengelilingi situs-situs yang lain.
Lokasi yang asri karena banyaknya pepohonan dan halaman parkir yang lebih dari cukup untuk menampung 20 bus besar, membuat Pendopo Agung sering digunakan sebagai area acara utama di Kabupaten Mojokerto. Mulai dari perkemahan, upacara hari nasional, perayaan kemerdekaan, hingga pagelaran kebudayaan, sudah pernah diadakan di sini.
Jika Anda menyempatkan diri datang ke Pendopo Agung, Anda tidak perlu khawatir perihal makanan karena ada banyak penjual makanan, minuman, dan oleh-oleh di sekitarnya. Untuk memasukinya pun, Anda hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp 3.000,- saja.
Candi Bajang Ratu
Raja Jayanegara, raja kedua Majapahit, naik takhta pada usia yang sangat muda, karenanya ia disebut sebagai “Ratu Bajang” atau raja kerdil.
Atas dasar itulah nama “bajang ratu” muncul dari Oudheidkundig Verslag (OV) pada 1915, lalu dijadikan sebagai nama situs ini.
Situs yang menyerupai candi bentar ini diyakini sebagai bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Sebab itu, konon dulunya masyarakat sekitar menjadikan candi ini sebagai bagian dari ritual sebelum ziarah.
Bentuknya yang menyerupai pintu juga disebutkan memiliki fungsi sebagai pintu belakang suatu kompleks bangunan. Desain situs candi ini terbilang lebih unik dan berbeda dari candi-candi lainnya di Mojokerto.
Sebagai tipe candi bentar paduraksa (pintu gerbang beratap), Candi Bajang Ratu memiliki relief hiasan kala sebagai simbol penolak bala pada bagian ambang pintu dan atap candi. Selain itu, terdapat hiasan-hiasan kuno pada bagian sudut kakinya, terutama pada sudut kaki kiri yang memuat relief kisah Sri Tanjung.
Untuk bisa berkunjung ke situs ini, Anda hanya perlu berkendara sekitar 10 menit dari Kolam Segaran. Sama seperti situs-situs lainnya, tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk menikmati keindahan Candi Bajang Ratu. Cukup dengan Rp 3.000,- saja, Anda sudah bisa masuk ke area candi dan bebas menghabiskan waktu dari pukul 07.30 WIB sampai 16.00 WIB.
Candi Brahu
Beberapa situs peninggalan Majapahit, mengisyaratkan bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan beragama Hindu.
Faktanya, Majapahit tidak hanya menganut agama Hindu saja. Menurut catatan penelitian, penduduk kerajaan besar ini menganut agama Siwa, Buddha, dan Waisnawa (Hindu). Satu di antara buktinya adalah keberadaan Candi Brahu.
Dilihat dari arsitekturnya, Candi Brahu memang unik dan berbeda dari candi-candi lain di sekitarnya. Bentuk candi melekuk dengan banyak sudut yang tumpul, dan atap candi pun tidak bersusun tegak, melainkan bersudut dengan puncak yang datar.
Konon, candi ini dulunya digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah para raja. Namun, saat pertama ditemukan, tidak ada bekas ritual pembakaran jenazah di dalam candi. Di lain waktu, pernah ditemukan beberapa benda purbakala seperti peralatan upacara dari logam, perhiasan emas, arca logam, dan beberapa benda lain yang memiliki ciri-ciri ajaran Budhha.
Meski bilik dalam candi ini mampu memuat 30 orang, namun tidak ada jalan untuk bisa memasukinya. Hanya ada tangga menuju selasar candi, tanpa adanya tangga lain menuju bilik dalam candi.
Lokasi situs Candi Brahu tidak sulit ditemukan. Cukup sepuluh menit berkendara dari lokasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, yang berada di Jalan Raya Surabaya – Madiun. Untuk memasuki area candi, Anda hanya perlu membayar tiket masuk seharga Rp 5.000,- yang sudah termasuk biaya parkir kendaraan.
“Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah” [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] “terdapat pendopo anggun beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan… Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya”.
— Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.
Bagaimana? Tertarik menghabiskan waktu senggang Anda mengelilingi situs-situs Majapahit?
Selain 5 situs yang disebutkan sebelumnya, masih ada situs-situs peninggalan Majapahit yang bisa Anda kunjungi di Mojokerto, di antaranya Candi Tikus, Candi Gentong, Situs Kedaton, Candi Minak Jinggo, Situs Siti Inggil, dan Museum Majapahit yang memiliki koleksi benda-benda peninggalan Majapahit dari berbagai masa.
Yang perlu Anda ingat dan selalu perhatikan, jagalah lingkungan wisata maupun situs bersejarah yang Anda kunjungi. Memperbaiki dan merawat situs-situs tersebut bukanlah perkara mudah, karenanya bantulah melestarikannya dengan peduli lingkungan.
Semoga setelah pandemi ini berakhir, kita bisa berkunjung ke situs-situs tersebut dan berbagai tempat menarik lainnya.
Semoga bahagia dan sehat selalu 🙂