Inovasi adalah suatu proses atau hasil pengembangan suatu produk atau sumber daya yang telah ada, sehingga memiliki nilai tambah.
Inovasi bisa juga diartikan sebagai suatu pembaharuan terhadap berbagai sumber daya sehingga memiliki manfaat lebih bagi konsumen atau pasar.
Proses inovasi sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Namun pada dasarnya, inovasi bertujuan untuk membantu orang untuk memecahkan suatu masalah. Namun, yang perlu dipahami agar inovasi yang sudah diciptakan tidak menjadi sampah?
Inovasi diciptakan berdasarkan kebutuhan. Dan sebagai entrepreneur, Anda dituntut untuk dapat memberikan solusi dari sebuah masalah yang bahkan belum terjadi.
Banyak dari kita beranggapan bahwa dengan mempelajari entrepreneurship maka cara berinovasi yang benar adalah dengan metode “TAKUTIRUKO” (tambah, kurang, tiru, ubah, dan kombinasi). Namun beberapa lagi belum memahami tujuan inovasi yang telah dibuat.
Inovasi tidak sekadar membuat sesuatu yang berbeda. Tetapi jika mengikuti metode takutiruko, hal tersebut tidak ada salahnya.
Namun apakah inovasi yang Anda buat dibutuhkan oleh orang lain atau memecahkan masalah orang lain?
Bisa jadi Anda akan menjawab “kalau tidak dicoba, mana tahu hasilnya?”.
Jangan berpikir bahwa setiap inovasi akan dapat diterima pasar. Jika inovasi yang dibuat bukan merupakan kebutuhan banyak orang, tentu akan sulit diterima pasar.
Terkadang, inovasi yang kita buat bisa langsung diterima pasar yang membuat kita menjadi jumawa.
Misal Anda membuat sambal dengan tambahan paprika. Anda pasti setuju bahwa ini merupakan suatu bentuk inovasi.
Tetapi, apakah ini sebuah solusi bagi orang lain?
Mungkin akan mudah diterima oleh pasar. Tetapi jika ini bukan merupakan kebutuhan banyak orang, mungkin orang hanya akan sekali beli karena penasaran. Bisa jadi produk Anda besok sudah akan dilupakan.
Inovasi Adalah Bagaimana Kita Memecahkan Masalah Orang Lain
Orang rela membelanjakan uangnya untuk mengatasi permasalah yang dihadapi.
Misal kita menjual makeup di lingkungan tempat tinggal kita. Itu merupakan sebuah solusi dari permasalah tetangga-tetangga kita yang ingin tampil lebih percaya diri tanpa harus jauh-jauh ke mall.
Jarak yang dekat merupakan nilai tambah terhadap produk yang Anda jual.
Namun akan menjadi masalah Anda ketika semakin banyak orang yang berjualan makeup di lingkungan kompleks tempat tinggal Anda.
Mau tidak mau, Anda harus membuat harga produk Anda menjadi lebih murah agar orang mau membeli produk Anda. Itu merupakah hal yang lumrah dilakukan oleh pedagang.
Tetapi Anda menyebut diri Anda sebagai pedagang atau entrepreneur?
Entrepreneur bukanlah sekadar pedagang. Menjual di harga lebih murah bukan merupakan cara entrepreneur bertindak. Entreprenuer bersaing dengan cara memberikan nilai tambah kepada pelanggannya.
Tetapi, bagaimana agar harga produk Anda tidak menjadi lebih mahal walaupun Anda memberi nilai tambah dari produk Anda?
Sering kali inovasi membuat biaya yang harus kita keluarkan menjadi lebih besar.
Misal, dulu ada minimarket 7-Eleven yang menyediakan tempat nongkrong lengkap dengan colokan listrik dan wifi gratis.
Jelas terlihat ada nilai tambah jika dibandingkan dengan minimarket seperti indomaret atau alfamart. Sekaligus biaya yang harus dikeluarkan oleh 7 Eleven semakin besar untuk listrik dan internet.
Jadi, selain memikirkan bagaimana memberi nilai tambah dari suatu produk, Anda sebagai entreprenuer juga harus memikirkan bagaimana caranya mengurangi biaya.
Kalau inovasi Anda malah membuat Anda rugi, itu artinya sama saja dengan bohong.
Bagaimana Supaya Inovasi Anda Berhasil?
Kembali lagi ke bahasan di awal bahwa inovasi harus mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Cobalah untuk berpikir dan melihat peluang apa yang kira-kira akan dibutuhkan pasar di tiga hingga lima tahun mendatang. Belum tentu orang lain memikirkannya juga.
Kita ambil contoh aplikasi ojek online Gojek dan Grab. Apakah Anda pernah membayangkannya di tahun 2005? Namun kira-kira sejak tahun 2015, Gojek dan Grab bahkan menjadi kebutuhan primer masyarakat perkotaan.
Untuk memahami tentang kebutuhan pasar saat ini dan dimasa mendatang, memang bukanlah pekerjaan mudah. Kita perlu membiasakan diri untuk berpikir dan bertindak dengan benar.
Melakukan tes terhadap pasar tidak dengan sekadar TAKUTIRUKO tadi. Perlu menumbuhkan dan mengasah kepekaan agar kita paam segala yang diinginkan oleh pasar.
Biasanya pelajaran entrepreneurship tidak jauh-jauh dari passion (gairah), vision (visi), innovation (inovasi), dan opportunity (peluang) yang berkaitan satu sama lain.
Ketika passion Anda bertemu dengan opportunity, maka akan menghasilkan sebuah vision. Opportunity bisa kita dapatkan apabila kita memiliki kepekaan terhadap pasar.
Kita gunakan Gojek yang diprakarsai oleh Nadiem Makarim sebagai contoh.
Sejak dahulu, ojek bukanlah sarana transportasi yang aman dan nyaman. Namun orang biasanya memilih ojek karena keterpaksaan, seperti ingin cepat sampai atau tidak ada angkutan umum di jalur yang akan kita lalui.
Sebetulnya taksi bisa menjadi pilihan namun bukan solusi yang efisien. Selain harganya yang relatif mahal bagi mayoritas orang, ukurannya yang lebar tidak memungkinkan untuk melewati jalur tikus demi menghindari kemacetan.
Jika kita perhatikan, penggemar ojek itu cukup banyak, hanya saja tidak mudah bagi calon penumpang untuk mendapatkan ojek.
Selain itu, lebih dari 70% waktu yang dimiliki oleh abang-abang ojek ini hanya digunakan untuk nongkrong dan ngobrol.
Maka di tahun 2010, Nadiem Makarim melihat ini sebagai peluang bisnis. Dia kemudian berpikir bagaimana jika ojek-ojek ini ditempatkan dalam sebuah sistem sehingga pengemudi dan calon penumpang dapat terhubung dengan mudah.
Abang ojeknya bisa selalu mendapatkan penumpang, dan calon penumpang bisa memanggil ojek tepat di hadapannya.
Dan hingga sekarang melalui Gojek telah membawa PT Aplikasi Karya Anak Bangsa menjadi salah satu perusahaan dengan transaksi di atas Rp 150 Triliun.
Tidak perlu inovasi seheboh Gojek, yang penting mampu mengatasi permasalahan orang banyak.
Inovasi tidak selalu dalam bentuk produk baru, tetapi bisa dengan meberikan nilai tambah dari produk yang sudah ada.
Dulu mungkin Anda perlu ke counter pulsa untuk membeli pulsa atau paket internet. Namun dengan inovasi dompet digital, pembelian bisa dilakukan memalui smartphone Anda sendiri.
Meskipun dulu Anda tidak menganggap masalah membeli pulsa di counter pulsa, inovasi dompet digital telah melihat itu sebagai kebutuhan di masa depan.
Inovasi Tidak Harus Rumit
Inovasi berangkat dari ide kreatif. Namun menerapkan inovasi tersebut bukanlah hal yang mudah.
Sebuah ide tidak harus rumit. Kadang hal-hal sederhana justru tidak pernah terpikirkan. Masalahnya adalah ide tersebut sudah digunakan oleh pihak lain.
Banyak dari kita terbiasa menikmati inovasi yang diciptakan orang lain.
Minimarket dan supermarket adalah salah satu bentuk inovasi. Kalau toko-toko konvensional, penjaga toko harus melayani pelanggan satu per satu.
Namun dengan konsep “ambil sendiri barangnya”, penjaga toko tidak perlu repot-repot melayani pelanggan satu per satu lagi. Selain itu, pelanggan dapat berada di toko lebih lama dan memilih barang dengan lebih santai.
Berinvestasilah pada Inovasi
Seperti dijelaskan di atas dapat kita simpulkan bahwa inovasi dapat dilakukan terhadap cara penjualan produk dan terhadap produk itu sendiri.
Inovasi tidak perlu dipaksakan karena belum tentu pasar sedang membutuhkannya.
Beberapa inovasi mungkin membutuhkan sejumlah dana. Oleh karena itu Anda dapat mengalokasikan sebagian dana Anda pada kebutuhan riset Anda.
Investasikan dana dan tenaga Anda untuk meriset ide-ide menarik yang menurut Anda dapat meningkatkan penjualan produk Anda. Baik itu dari sisi cara menjual atau produk itu sendiri.
Jika riset Anda gagal, setidaknya Anda telah mempelajari sesuatu dan pastinya Anda sudah mengasah kepekaan Anda terhadap pasar.