Pernah mencoba roti Tan Ek Tjoan? Kalau iya, Anda juga wajib tahu sejarah merk legendaris satu ini. Tidak hanya rasanya yang autentik dan enak, sejarah Tan Ek Tjoan juga panjang dan bisa memberikan pelajaran lebih bagi Anda, lho!
Sudah baca rekomendasi toko roti legendaris di Jakarta? Dalam tulisan tersebut, kami menyebut Tan Ek Tjoan sebagai toko roti legendaris yang ada di Jakarta. Meski sekarang sudah pindah di Ciputat Tangerang Selatan, warga Jakarta masih bisa menemui penjaja keliling roti Tan Ek Tjoan di titik-titik strategis seperti perumahan, area wisata, dan pinggir jalanan ibu kota.
Sebagai merk roti legend, Tan Ek Tjoan tetap mempertahankan cita rasa roti buatannya. Namun beberapa dari Anda pasti menyadari jika merk roti ini memiliki perbedaan dibanding dengan merk roti legendaris lainnya. Iya, merk Tan Ek Tjoan saat ini dikelola oleh dua orang yang berbeda.
Hal tersebut menyebabkan banyak orang bertanya-tanya,”Yang mana yang asli?”
Selain itu, tidak bisa dimungkiri bahwa Tan Ek Tjoan termasuk dalam jajaran toko roti tertua di Indonesia yang memiliki sejarah panjang. Sejarah tersebut adalah rangkaian perjalanan yang membuat Tan Ek Tjoan bisa bertahan di tengah persaingan produsen roti saat ini.
Penasaran dengan sejarah Tan Ek Tjoan yang memiliki dua cabang asli alias berpusat ganda? Yuk, baca ulasannnya berikut ini.
Tan Ek Tjoan Sudah Ada Sebelum Merdeka
Sesuai dengan namanya, pendiri merk roti ini adalah Tan Ek Tjoan, seorang keturunan Tionghoa. Ia menjual roti sejak 1921, tepatnya di daerah Surya Kencana, Bogor. Dikutip dari Historia, Tan Ek Tjoan merintis bisnis roti bersama sang istri, Pho Lin Nio. Istrinya yang membuat roti, dan ia yang menjualnya.
Karena di sekitar rumahnya banyak orang Belanda, bisnis rotinya berjalan dengan lancar. Bahkan, beberapa tokoh terkenal juga menyukai roti Tan Ek Tjoan. Satu di antaranya adalah Bung Hatta, yang menyempatkan diri untuk mampir dalam perjalanan dari Jakarta ke Megamendung, dan meminta supirnya membeli sepotong roti Tan Ek Tjoan.
Tan Ek Tjoan dan istrinya sukses membesarkan usaha rotinya hingga berhasil membuka cabang toko rotinya di ibu kota.
Lokasi yang Berpindah
Pada 1950, Tan Ek Tjoan meninggal dunia. Meski begitu, bisnisnya masih tetap berjalan lancar karena istrinya memutuskan untuk melebarkan sayap ke ibu kota. Ia membuka cabang toko rotinya di Tamansari, sebuah kawasan di Jakarta yang ramai dihuni oleh orang Belanda pada 1953. Kemudian, berpindah lagi ke daerah Cikini pada 1955.
Tak lama setelahnya, Pho Lin Nio meninggal pada 1958. Bisnis roti legendaris itu akhirnya diwariskan pada dua anaknya, yaitu Tan Bok Nio dan Tan Kim Thay. Toko roti yang ada di Bogor diambil alih oleh Tan Bok Nio, dan Tan Kim Thay mengambil alih toko roti di Jakarta.
Mirip dengan ayahnya, Tan Kim Thay mahir dalam berbisnis. Dengan kerja kerasnya, ia berhasil mengembangkan bisnis keluarganya dan bisa memperluas toko hingga empat kali lebih luas dari awal mereka membuka cabang. Toko roti yang ada di Surya Kencana pun pindah ke daerah Siliwangi karena sepinya pengunjung akibat Tol Gadog.
Selama kepemimpinan dua saudara ini, muncullah ide untuk menjajakan roti keliling. Mereka mempekerjakan pedagang gerobak untuk berkeliling menjual roti ke pelanggannya di daerah Cikini. Karena semakin populer, mereka pun bisa menjajakan roti Tan Ek Tjoan hingga ke daerah yang lebih jauh seperti Ciputat, Bekasi, dan Tangerang.
Toko Roti yang Berpusat Ganda
Dalam setiap jalan kesuksesan, pasti ada hambatan yang merintangi langkah kaki Anda. Begitu pula dalam sejarah panjang kesuksesan bisnis roti Tan Ek Tjoan.
Meski diteruskan oleh dua anak yang berbakat, jalan bisnis Tan Ek Tjoan tidak selamanya mulus.
Bisnis keluarga tersebut mulai mengalami perubahan pada setiap generasi penerusnya. Yang paling kentara adalah adanya dua pusat toko roti yang berbeda. Pertama di Jakarta, kedua di Bogor.
Tan Kim Thay atau Kim Tamara menikahi seorang perempuan Belanda. Dari pernikahannya, lahirlah Robert dan Alexandra Tamara. Namun, setelah Tan Kim Thay meninggal pada 2007, kedua anaknya tidak berminat pada bisnis keluarga. Hal ini dikarenakan mereka lebih banyak tinggal di Belanda sehingga tidak merasa memiliki keterikatan dengan Tan Ek Tjoan.
Alexandra Tamara sempat mencoba untuk meneruskan bisnis Tan Ek Tjoan, namun gagal. Pada 2010, ia mengajak teman masa kecilnya, Josey R. Darwin dan Kennedy Sutandi untuk bekerja sama dalam bisnis keluarganya. Sedangkan, Tan Bok Nio berhasil mempertahankan bisnis keluarganya di Bogor. Ia tetap menggunakan resep lama dan mewariskannya pada anak bungsunya yaitu Lydia Cynthia Elia pada 1985.
Keduanya melanjutkan bisnis keluarga dengan cara yang berbeda, namun masih menggunakan merk dagang yang sama hingga terjadi sengketa perebutan merk roti legendaris tersebut.
Sebagian konsumen pun mengalami kebingungan karena adanya dua merk yang sama tapi berasal dari toko yang berbeda. Menanggapi hal tersebut, toko roti Tan Ek Tjoan Bogor memberikan klarifikasi untuk menjawab kebingungan para konsumen.
Lalu, pada 2022 Tan Ek Tjoan Jakarta berubah nama menjadi Roti TET (ROTITET), kepanjangan dari “Roti Tan Ek Tjoan”. Akhirnya, pilihan pun dikembalikan ke tangan konsumen. Mereka bebas membeli dan merasakan perbedaan dari kedua versi roti Tan Ek Tjoan.
Jenis-jenis Roti Tan Ek Tjoan
Ketika diambil alih oleh Tan Bok Nio dan Tan Kim Thay, terjadi beberapa perubahan. Selain ukuran toko roti yang lebih besar, mereka juga mengembangkan menu yang menjadi khas dari Tan Ek Tjoan.
Sebelumnya, Tan Ek Tjoan dikenal sebagai roti yang memiliki tekstur keras. Jenis roti yang populer dan digemari banyak orang adalah roti gambang. Lalu, keduanya membuat inovasi baru yaitu dengan membuat jenis-jenis roti lain. Satu di antaranya adalah roti dengan tekstur yang lebih lembut. Hal ini dilakukan karena tidak semua pelanggan menyukai roti dengan tekstur yang keras padat, dan ada lebih banyak orang yang menyukai roti bertektsur lembut.
Hingga sekarang, ada banyak jenis roti yang dijual di toko roti Tan Ek Tjoan. Beberapa di antaranya adalah roti manis, roti keset, roti gurih isi, hingga kue tart untuk ulang tahun dan aneka kue tradisional. Tidak hanya itu, jika Anda berkunjung ke Tan Ek Tjoan Bogor, Anda bisa mencoba es krim yang dibuat dengan resep turun temurun dan kue kering yang tidak kalah enaknya dengan buatan toko kekinian.
Bagaimana? Masih penasaran?
Dari sejarah panjang Tan Ek Tjoan, kita bisa belajar bahwa memulai sebuah bisnis itu butuh kerja sama. Tidak ada orang yang sempurna, namun setiap orang pasti memiliki kelebihan. Tan Ek Tjoan mahir berbisnis, Pho Lin Nio pandai membuat roti. Keduanya pun bekerja sama membangun bisnis keluarga hingga bisa diwariskan ke anak cucunya dan bertahan sampai sekarang.
Setiap bisnis juga pasti memiliki hambatan dan rintangan yang tidak bisa dihindari, tapi harus dihadapi. Jika sudah berhasil dihadapi, jangan lupa untuk mengingatnya sebagai bahan pembelajaran untuk masalah-masalah lainnya di masa depan.
Memang, berat. Namun, tidak ada yang bisa menghianati usaha Anda.
Sudah tidak sabar ingin mencoba roti Tan Ek Tjoan?
Jika Anda tinggal di Jabodetabek, Anda bisa menemui banyak penjaja roti Tan Ek Tjoan di sekitar daerah wisata, perumahan, hingga pinggir jalan. Rasanya autentik, variannya beragam, dan harganya pun masih ramah di kantong.
Anda juga bisa mengunjungi langsung toko roti Tan Ek Tjoan dengan alamat berikut ini
ROTITET (Tan Ek Tjoan Bakery)
Jl. W. R. Supratman No.45, Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Tan Ek Tjoan Bogor
Semoga Cuan Selalu, ya!