“Duh, masih tengah bulan, tapi dompet sudah tipis? Kok bisa, ya? Yuk, atur gaji Anda ke 5 pos berikut agar gaji Anda tidak cepat habis!”
Sudah akhir bulan, nih. Sebentar lagi Anda gajian, selamat!
Tapi, apa Anda pernah merasa kehilangan uang? Bukan, bukan hilang secara harfiah, ya. Hilang karena tidak sadar, tiba-tiba habis begitu saja.
Lebih dari 50% orang pernah merasa kehilangan ini. Apa Anda termasuk di antaranya?
Mungkin, daripada disebut “kehilangan”, Anda akan lebih setuju jika itu disebut kehabisan.
Saya juga masih merasa kehabisan gaji, kok. Hehe.
Namun, Anda pasti tahu, jika kita bisa menghabiskan gaji kita dengan benar, kita tidak akan kekurangan.
Cara sederhananya, beri pagar pada diri Anda. Seperti yang semua pakar keuangan katakan, “Utamakan kebutuhan, rencanakan keinginan.”
Maksudnya, penuhi dulu kebutuhan Anda, baru pikirkan keinginan Anda. Liburan? Mobil baru? Renovasi rumah? Rencanakan, agar Anda bisa mewujudkan keinginan Anda.
“Tapi gaji saya sedikit. Mana bisa saya mewujudkan keinginan sebesar itu?”
Bisa!
Selama Anda tahu prioritas kebutuhan, Anda bisa merencanakannya.
Mudahnya, buat pos pengeluaran Anda. Pos-pos tersebut bisa menjadi dasar anggaran Anda, sehingga secara tidak langsung, Anda juga merencanakan masa depan sambil menghabiskan gaji Anda.
Tidak perlu banyak, lima saja sudah cukup. Apa saja itu?
Yuk, simak ulasannya berikut ini.
1. Pos Utang
Ketika memiliki utang, Anda wajib membuat pos utang. Utang dari koperasi, keluarga dekat, jasa peminjaman online, hingga dari teman pun wajib Anda catat.
Dengan membuat pos utang, artinya Anda harus langsung membayarkan utang tersebut, entah dengan cara dicicil langsung atau disisihkan untuk dibayar secara penuh di kemudian waktu.
Lalu, berapa banyak persentase yang harus Anda sisihkan untuk pos utang?
Menurut Ahmad Gozali dari Zelts Consulting, sisihkan setidaknya 30% dari gaji Anda. Persentase ini juga bisa Anda sesuaikan berdasarkan jumlah utang Anda, semakin kecil nilai utangnya, maka Anda bisa memperkecil persentase pos utang.
Contohnya, jika Anda bergaji Rp 10.000.000,- maka sisihkan maksimal Rp 3.000.000,- untuk pos utang Anda. Dari jumlah tersebut, Anda bisa gunakan untuk membayar utang-utang Anda, misalnya Rp 1.000.000,- untuk cicilan motor, dan Rp 2.000.000,- untuk cicilan rumah.
2. Pos Kebutuhan Hidup
Kebutuhan hidup sudah pasti menjadi prioritas yang kedua. Sebab, inilah alasan seseorang bekerja, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan hidup adalah segala sesuatu yang dibeli secara rutin untuk memenuhi kebutuhan harian hingga bulanan. Jadi, bukan hanya sandang, pangan, dan papan, ya.
Apa saja itu?
- Tempat tinggal (sewa rumah/kost)
- Makan dan minum sehari-hari (termasuk kopi di kafe, gorengan, dsb.)
- Perlengkapan kebersihan (sabun cuci, sabun mandi, sikat gigi, dsb.)
- Transportasi (bensin, ongkos angkutan umun, biaya parkir, pajak kendaraan, dsb.)
- Listrik
- Pulsa telepon dan layanan internet
- Uang sekolah anak
- Pendidikan pribadi (kursus online atau melanjutkan kuliah)
Apakah masih ada lagi? Bisa saja, bergantung kebutuhan hidup Anda. Daftar tersebut hanya contoh, jadi Anda bisa buat sendiri.
Ingat selalu catat! Karena, dengan mencatat pengeluaran, Anda bisa mengetahui ke mana larinya gaji Anda, dan pengeluaran terbesar apa yang Anda miliki.
Bisa dibilang, pos kebutuhan hidup adalah pengeluaran rutin Anda. Berapa persentasenya? Secara normal, persentasenya berkisar 40 – 60% dari pendapatan Anda. Besar ya?
Tentu, sebab kebutuhan dan pendapatan setiap orang berbeda. Anda juga bisa menyiasati kebutuhan hidup Anda agar bisa menggunakan persentase 40%.
Misalnya, Anda bisa makan siang di kantin kantor yang harganya lebih murah, daripada order via online atau di kafe modern.
Selain itu, jika Anda masih hidup dengan orang tua, persentase pos kebutuhan hidup juga bisa lebih kecil. Anda bisa mengurangi biaya minum, kebutuhan listrik dan internet, hingga perlengkapan kebersihan.
Yang harus Anda ingat, selalu sesuaikan kebutuhan dengan gaji Anda. Jangan menjadikan keinginan menjadi kebutuhan, agar Anda bisa hidup lebih hemat dan merencanakan hal penting lainnya.
3. Pos Tabungan dan Investasi
Apakah Anda suka menabung? Atau malas menabung karena merasa tidak punya keinginan besar?
Menabung bukan hanya untuk membeli barang impian, tapi juga untuk menyiapkan masa depan.
Banyak orang yang masih menganggap tabungan bukanlah hal wajib. Mereka malas menabung, karena tidak merasa perlu dan tidak ada tujuannya.
Padahal, jika Anda pikirkan baik-baik, ada banyak tujuan yang bisa menjadi alasan Anda menabung.
Apakah Anda ingin menikah? menabunglah agar bisa membuat upacara pernikahan yang indah. Ingin renovasi rumah? Ingin mobil? Ingin melanjutkan kuliah? Ingin biaya pendidikan anak siap sebelum anak sekolah? Ingin pensiun dengan tenang?
Semua itu bisa diwujudkan jika Anda rajin menabung. Tidak melulu soal biaya yang besar, keinginan kecil seperti smartphone baru, liburan ke luar kota, atau tas baru juga bisa Anda dapatkan dengan menabung.
Selain menabung, jika Anda sudah cukup pengetahuan dan keahlian, Anda juga bisa berinvestasi. Memang butuh waktu, tapi jika bisa dimulai dari sekarang, mengapa tidak?
Persentasenya cukup 10 – 20% dari gaji Anda. Tidak besar, bukan?
Bila Anda termasuk pekerja dengan penghasilan tidak tetap, cara terbaik untuk menabung adalah menyisihkan dari sisa pengeluaran kebutuhan hidup. Meski nilainya kecil, Anda wajib menabungnya.
Yang penting, jangan menjadikan pos tabungan dan investasi ini sebagai prioritas terakhir, agar Anda tidak malas dan berkata, “Tidak ada sisa uang untuk ditabung.”
4. Pos Dana Sosial
Anda tahu konsep “take and give“? Dari apa yang kita dapatkan, selalu ada bagian untuk kita berikan pada orang lain.
Bagian yang diberikan tersebut adalah bentuk rasa syukur atas rezeki pekerjaan dan kesehatan yang kita dapatkan. Orang yang menerima pun adalah mereka yang kurang beruntung atau sedang kesulitan.
Berapa persentasenya? Biasanya, kita cukup memberikan seikhlasnya. Namun, agar bisa membantu lebih, Anda bisa mengalokasikannya sebesar 5 – 10% dari gaji Anda.
Jika Anda kesulitan menentukan penerima, Anda bisa menitipkan dana ini kepada instansi sosial yang bertugas membantu dan membagikan sedekah ke orang yang berhak.
Beberapa di antaranya, seperti yayasan panti asuhan, panti jompo, lembaga pendidikan, rumah ibadah, dan lembaga sosial lainnya di dekat Anda.
“Tapi, banyak lembaga sosial yang tidak kredibel dan suka menipu.”
Karena itu, agar dana sosial Anda tidak disalahgunakan, Anda perlu membaca Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan judul “BADAN/LEMBAGA YANG DIBENTUK ATAU DISAHKAN OLEH PEMERINTAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI PENERIMA ZAKAT ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YANG SIFATNYA WAJIB YANG DAPAT DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO”.
Anda bisa membacanya melalui link https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2020-08/PER-15PJ2020.pdf . Peraturan tersebut mungkin akan selalu diperbaharui setiap tahunnya.
5. Pos Gaya Hidup
Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup, bekerja juga bertujuan untuk memenuhi kesenangan hidup.
Karena itu, selalu ada bagian dari gaji kita untuk gaya hidup. Sadar atau tidak, Anda pasti memilikinya.
Tapi, tidak semua orang mengalokasikan bagian ini dengan benar. Bahkan, tanpa perhitungan.
Inilah alasan terbesar yang membuat Anda sering kehabisan uang, padahal belum akhir bulan.
Makan-makan, pesta, nonton, karaoke, clubbing, dan sejenisnya adalah gaya hidup yang bisa membuat Anda tekor. Padahal, hal-hal tersebut tidak begitu penting.
“Ah, saya tidak, kok. Saya lebih suka menyendiri, tapi gaji saya juga cepat habis.” Benarkah?
Memang tidak selalu karena pengaruh lingkungan.
Anda suka membeli buku, tapi tidak dibaca. Anda mudah tergoda membeli barang yang Anda anggap “lucu”. Meski sendirian, Anda suka sekali bermain game, dan mudah membeli voucher game online atau sejenisnya.
Apapun bentuk barangnya, jika hanya memberikan kesenangan pribadi dan kurang memberikan dampak positif, itu namanya gaya hidup.
Bukan berarti tidak boleh, tapi Anda harus meletakkan pos ini di urutan terakhir. Jangan menukarnya dengan posisi pos tabungan dan investasi, ya!
Berapa persentasenya? Cukup 10 – 20% saja.
Sedikit? Memang. Tapi, sekali lagi, selalu ingat untuk mengutamakan kebutuhan, menyiapkan masa depan, lalu sisanya untuk kesenangan sesaat.
Kesenangan itu juga diperlukan sebagai bentuk reward kepada diri sendiri yang sudah bekerja keras. Tapi, jika berlebihan bukan reward namanya, tapi boros.
Bagaimana? Sudah paham?
“Membaca memang mudah, tapi praktiknya sulit!”
Tentu saja, tidak ada yang mudah di dunia yang keras ini, Kawan. Jika tidak Anda coba sekarang, mau kapan lagi?
Yang tidak disadari banyak orang, atau mungkin malas mengakui, mereka selalu mengutamakan penampilan luar. Ingin dianggap kaya dan bergaya, padahal tidak punya cuan.
Mereka yang merasa istimewa karena dianggap kaya dan bergaya, biasanya mengikuti dua paham kekinian yang keliru. Paham pertama yaitu “YOLO” (You Only Live Once) karena hidup hanya sekali, maka nikmati saat ini juga. Kedua, “FOMO” (Fear of Missing Out), karena takut ketinggalan trend, maka beli saja semua barang terbaru.
Padahal, jika diartikan secara positif, kesempatan hidup sekali itu bisa Anda jadikan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan selalu memanfaatkan kesempatan dengan baik. Sedangkan rasa takut ketinggalan trend, bisa Anda manfaatkan dengan selalu upgrade pengetahuan dan keahlian, bukan asal beli barang yang tidak dibutuhkan.
Kembali ke 5 pos sebelumnya, apakah Anda sudah memahaminya?
Agar lebih mudah lagi, Anda bisa melihat contoh tabel simulasi 5 pos untuk orang bergaji Rp 10.000.000,- (di luar bonus dan THR) berikut ini.
Sederhana, bukan?
Jika Anda sudah mengatur gaji Anda ke dalam 5 pos, selalu mencatat pemasukan & pengeluaran, dan membatasi diri untuk tidak berfoya-foya, Anda pasti tidak akan merasakan kehabisan uang. Trust me!
Akhir kata, semoga Anda selalu cuan (^_^)