Anak-anak cenderung boros dalam berbelanja. Tapi, apakah ini bisa diantisipasi? Bisa! Yuk, baca 5 tips mengajari anak cermat dan hemat berikut ini.
Bicara tentang uang, siapa yang tidak suka?
Anak usia dua tahun pun suka uang ketika ia sudah tahu cara membeli barang.
Masalahnya, sebagai orang tua terkadang kita sulit memberi wawasan keuangan pada anak.
Tidak sedikit juga orang tua yang memanjakan anak-anaknya, selalu memberi ketika mereka meminta, dan tidak mengajari mereka untuk mengendalikan uang.
Di sekolah, anak kita diajari banyak hal, yang bahkan orang tuanya tidak tahu.
Namun, apakah mereka juga diajari tentang uang?
Definisi dan sejarahnya, secara teoretis, iya.
Bagaimana dengan penerapannya?
“Ah, kan, mereka masih kecil.”
Justru, jika sejak kecil mereka sudah diajari untuk mengendalikan uang, akan sangat baik untuk mereka ketika tumbuh dewasa nanti.
Bayangkan, jika anak-anak kita pandai mengendalikan uang, mereka bisa lebih pandai berhitung, mereka berpikir panjang sebelum membeli, dan tidak membeli barang hanya karena ingin.
Lebih jauhnya, mereka juga bisa turut berpartisipasi dalam memenuhi biaya pendidikan mereka secara mandiri dan lebih bertanggung jawab atas segala tindakannya.
“Jadi bagaimana mengajari anak cara mengendalikan uang?”
Oke, kita ubah dulu istilahnya berdasarkan tujuan ya, Parents.
Kata “mengendalikan” di sini berarti cermat dalam membeli dan hemat untuk menyimpan lebih banyak.
Hal ini memang terdengar tidak mudah, karenanya Anda wajib membaca lima tips berikut ini.
Mengajak Belanja
Belanja, sebuah aktivitas yang menyenangkan dan menghibur untuk orang dewasa.
Namun, tahukah Anda, ada manfaat lain yang lebih penting untuk anak-anak?
Ya, memahami harga.
Anak-anak bisa dengan mudah mengetahui nilai uang setelah mereka membeli barang.
Namun, sebisa mungkin, jangan biarkan anak Anda hanya tahu “harga” barang yang tertera.
Mengetahui dan memahami itu berbeda, Parents.
Saya sendiri, baru memahami harga ketika saya merantau.
Iya, belajar langsung dari pengalaman.
Orang tua saya tidak mengajari saya secara langsung.
Padahal, sebagai orang tua, kita bisa mengajari anak-anak kita sejak dini.
Jadi, bagaimana membuat anak memahami harga dengan belanja?
Yang pertama, ajarkan pada mereka tentang perbandingan harga.
Beritahu mereka bahwa beda merek bisa beda harga.
Mudahnya, Anda bisa mengatakan, “Eh, kalau coklat B ditukar dengan coklat A, kamu bisa dapat 2, lho!”
Setelah anak paham dengan perbandingan harga, selanjutnya ajari mereka tentang barang subtitusi.
Jika coklat A dan B habis, anak Anda akan merajuk meminta Anda membeli coklat C yang harganya 3x dari coklat A.
Anda mampu membelinya, tapi apakah baik menuruti kemauan anak padahal Anda bisa mencari jalan yang lebih baik?
Anda bisa mengatakan, “Coba beli coklat D, yuk! Coklatnya bisa dimasak dan kamu bisa bantu ibu masak coklat yang bentuknya lucu!”.
Tanpa berbohong, anak Anda akan lebih tertarik untuk membuat coklat aneka bentuk bersama ibunya.
Anak juga bisa tahu bahwa ada barang subtitusi yang lebih murah dari coklat C.
Hal ini, bisa menjadi pelajaran yang melekat pada ingatan anak.
Ia akan berpikir panjang sebelum membeli dan pandai berhitung karena membandingkan harga.
Dari dua hal tersebut, Anda akan lebih mudah mengajari anak untuk memahami harga lainnya.
Beritahu mereka tentang perbedaan harga normal dengan harga diskon, harga promo, harga member, dan harga paket (bundling price).
Juga, jangan lupa untuk membiasakan anak menghitung uang mereka dengan total harga barang yang mereka beli, ya, Parents.
Dengan begitu, anak Anda akan lebih berhati-hati untuk membelanjakan uang mereka kelak.
Memasukkan Uang ke dalam Kotak Pos
Bukan, bukan memasukkan uang ke dalam kotak pos sesungguhnya, Parents.
Kotak Pos yang saya maksud di sini adalah pos pembelanjaan uang.
Ada prinsip 10-20-30-40 untuk merencanakan keuangan yang dikemukakan oleh seorang direktur.
Dari jumlah pemasukan Anda, gunakan 10% untuk kebaikan, 20% untuk simpanan, 30% untuk cicilan produktif, dan 40% untuk kebutuhan hidup.
Hal ini bisa Anda terapkan dengan mudah pada anak, lho.
Bagaimana caranya?
Karena masih anak-anak, maka sederhanakan menjadi 3 pos saja, yaitu pos tabungan, pos kebaikan, dan pos pembelian.
Jika anak masih berusia dini, beri mereka pemahaman tentang pentingnya menabung dan beramal.
Ajari pula untuk menghitung nilai uang yang harus mereka masukkan ke dalam 3 pos tersebut.
Mudahnya, Anda bisa mengatakan,”Dari Rp 10.000,- kamu bisa beramal Rp 1.000,- lalu Rp 4.000,- untuk ditabung, dan sisanya untuk jajan. Nanti, kalau tabungannya sudah penuh, kamu bisa membeli mainan baru.”
Dengan memahami pos-pos tersebut, anak akan mengerti bahwa uang yang mereka miliki harus digunakan dengan baik dan bertanggung jawab.
Meski sudah memberikan pemahaman tentang kotak pos keuangan, Anda wajib untuk selalu mengawasi anak Anda ketika membeli sesuatu ya, Parents.
Menabung untuk Membeli
Anak sudah memahami tentang pentingnya menabung.
Namun terkadang, mereka memiliki banyak barang yang ingin dibeli.
Bahkan, mereka ingin membeli barang yang harganya melebihi jumlah tabungan mereka.
Jujur, saya pernah begitu.
Tetapi, hal ini tidak bisa dibenarkan, lho.
Sekali Anda memberikan tambahan uang, mereka mungkin akan terbiasa untuk meminta tambahan lainnya di kemudian hari.
Lebih jauhnya, mereka bisa jadi malas menabung.
Untuk itu, Anda wajib memberi mereka wawasan tentang barang kebutuhan dan barang keinginan.
Katakan pada mereka bahwa barang kebutuhan lebih penting daripada barang keinginan.
Ingatkan, bahwa selalu ada perubahan harga dan barang subtitusi untuk keduanya.
Juga, bila mereka ingin membeli barang apapun, mereka wajib tahu manfaat dan kekurangan barang tersebut.
Hal penting selanjutnya, anak Anda wajib mengetahui harga barang sebelum membelinya.
Dengan begitu, anak akan menabung sesuai dengan harga barang yang akan mereka beli.
Menabung untuk membeli selalu terasa lebih mendebarkan, ya kan, Parents?
Saya, sih, iya.
Setiap barang yang dibeli dengan tabungan, akan selalu dijaga dan dirawat dengan lebih baik.
Bisa dibilang, setiap barang yang dibeli dengan menabung adalah hadiah perjuangan.
Maka, setiap ingin membeli barang yang mahal, anak akan berpikir lebih panjang dan lebih rajin menabung agar bisa memilikinya.
Karenanya, dukunglah anak Anda untuk rajin menabung dengan selalu mengingatkan mereka agar membeli barang sesuai kebutuhan.
Menulis Uang Masuk dan Uang Keluar
Terpikirkan satu hal?
Apapun itu, Anda benar.
Saya meminta Anda untuk mengajari anak Anda untuk membuat laporan keuangannya sendiri, sejak dini.
Setidaknya, sejak anak Anda bisa menulis dan berhitung dengan baik.
Sederhana, saja, ya, Parents.
Cukup ajarkan dia menulis di tabel empat kolom seperti contoh berikut ini.
Mintalah anak Anda untuk selalu mencatat setiap uang yang ia dapatkan dan barang yang ia beli.
Tentu saja untuk pembiasaan awal, Anda juga harus mengingatkan anak Anda.
Juga, jangan lupa untuk selalu mendiskusikan laporan keuangan yang sudah ia catat setiap bulan.
Tanyakan padanya, “Bulan kemarin, kamu habis uang jajan sekian, ya? Coba lihat kamu beli apa saja.”
Dengan mengulas kembali pengeluaran dan pemasukan, ia bisa tahu jumlah uang yang ia habiskan dan untuk membeli barang apa saja.
Bila anak sudah terbiasa, ia akan mampu menghitung kebutuhannya dan dengan mudah memperkirakan ke mana uangnya akan pergi.
Membuat Daftar Beli Sebelum Memberi
Ketika anak sudah paham dengan laporan keuangan sederhana, saatnya Anda mengajarkannya sesuatu yang lebih menantang.
Yup, membuat perencanaan keuangan.
Apakah terdengar sulit?
Simpel, kok.
Yang perlu Anda ingat, untuk membuat perencanaan keuangan ini, setidaknya anak sudah terbiasa membuat laporan keuangannya.
Ya, minimal dua hingga tiga bulan.
Dengan begitu, anak akan mampu memperkirakan kebutuhannya untuk satu bulan selanjutnya.
Agar lebih mudah dipahami, mintalah anak Anda untuk membuat daftar barang yang akan ia beli.
“Daftar Beli”, terdengar lebih mudah, kan, Parents?
Anda wajib mendampingi anak Anda untuk membuat daftar beli, sehingga jika anak salah memperkirakan harga atau jumlah uang yang ia butuhkan, Anda bisa mengingatkannya.
Anak juga akan menjadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya, karena ketika daftar belinya sudah disetujui, maka ia tidak bisa meminta tambahan uang kepada orang tuanya.
Tentu Anda wajib mendiskusikan daftar beli yang diajukan anak sebelum menyetujuinya.
Mintalah ia untuk memastikan harga barang dengan benar dan senantiasa memperkirakan jumlah uang darurat untuk keperluan mendesak.
Jika anak sudah terbiasa memperkirakan jumlah harga kebutuhannya, maka ia bisa membelanjakan uangnya dengan lebih efektif.
Bagaimana?
Cukup mudah, kan?
Memang butuh waktu, tapi hasilnya akan memuaskan.
Anda tidak akan lagi khawatir tentang kemungkinan anak Anda menjadi boros.
Bahkan, anak Anda bisa terlatih untuk bisa membandingkan harga dan kualitas barang.
Pandai berhitung, rajin menabung, dan cermat dalam berbelanja.
Sungguh idaman, ya, Parents?
Semoga Anda sukses mengikuti tips-tips dari kami, ya!
Jangan lupa share artikel ini jika bermanfaat bagi Anda.
Salam Happy Parenting!