Libur lebaran tinggal menghitung hari, waktunya liburan panjang. Biasanya orang akan memilih tempat wisata yang menghibur seperti pantai, taman bermain, kebun binatang, hingga pusat perbelanjaan seperti mall. Padahal, masih banyak destinasi wisata yang lebih unik dan akan menunjukkan nilai sejarah yang menarik, misalnya jenis wisata mistis. Destinasi wisata ini cukup banyak digemari, seperti kota mati, hutan angker, hingga bangunan-bangunan tua yang berusia ratusan tahun. Apakah Anda juga tertarik?
Jika ya, maka Anda wajib tahu rekomendasi wisata mistis yang tidak hanya memberikan sensasi adrenalin “horor”, tapi juga memiliki nilai sejarah dengan pemandangan yang cukup indah.
Sebagai negara dengan nilai budaya tradisional yang kental, Indonesia memiliki beberapa wisata mistis menarik yang indah dan bersejarah. Apa saja itu? Yuk, kita bahas satu-satu.
Lawang Sewu

Jika membicarakan wisata mistis yang bersejarah di Indonesia, nama Lawang Sewu biasanya akan muncul di peringkat lima besar. Destinasi wisata ini makin populer sejak dijadikan sebagai judul film pada 2007. Banyak orang yang penasaran dengan realita horor yang menjadi latar tempat film Lawang Sewu.
Berlokasi di ibukota Jawa Tengah, tempat wisata ini dibangun pada 1904 pada zaman kolonial Belanda. Meski namanya berarti “Seribu Pintu”, jumlah pintu pada bangunan ini tidak genap seribu, ya. Menurut pengelola, terdapat 429 pintu dan 1200 daun pintu.
Ada beberapa hal yang membuat Lawang Sewu dianggap sebagai wisata mistis. Pertama, jumlah pintu yang ada di dalam bangunan ini bisa berubah-ubah. Saking banyaknya, jika dihitung kedua kali, jumlah 429 pintu tersebut bisa bertambah atau berkurang. Selain itu, terdapat penjara bawah tanah yang berada di bagian basement bangunan. Katanya, di area penjara tersebut sering terasa suasana mencekam, bau anyir, hingga penampakan. Beberapa pengunjung juga sering melihat hal-hal seperti bayangan, aroma wewangian yang menyengat, hingga suara-suara aneh ketika mengunjungi Lawang Sewu.
Desa Trunyan

Tempat wisata tidak hanya berupa bangunan, tapi bisa juga dalam bentuk wilayah seperti Desa Trunyan. Berlokasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, desa ini terkenal dengan tradisi pemakaman turun menurun yang disebut “mepasah” atau kubur angin.
Nama desa “Trunyan” berasal dari kata “taru” (pohon) dan “menyan” (wangi). Nama tersebut merujuk pada pohon yang terletak di area dalam desa. Konon, pohon yang disebut Taru Menyan itu mengeluarkan aroma harum hingga ke luar pulau. Agar tidak menarik perhatian pihak luar Bali, maka Ratu Sakti Pancering Jagat yang memerintah saat itu, menitahkan warganya untuk meletakkan jenazah di bawah Taru Menyan. Hal inilah yang disebut mepasah, dan cara ini berhasil untuk menghalau aroma wangi Taru Menyan agar tidak keluar area desa.
Ada empat kategori jenazah yang bisa di-mepasah-kan di Taru Menyan, yaitu orang sudah bersuami/istri, laki-laki yang belum menikah (teruna), perempuan yang belum menikah (debungan), dan anak kecil yang gigi susunya telah tanggal (mekutus). Selain kategori tersebut (bayi atau orang yang meninggal tidak wajar) akan dimakamkan dengan cara konvensional. Dari kategori tersebut, dibagilah tiga area pemakaman di lokasi Taru Menyan, yaitu Sema Wayah (makam untuk orang berkeluarga yang meninggal secara wajar), Sema Nguda (makam untuk teruna, debungan dan mekutus), dan Sema Bantas (makam konvensional untuk orang yang meninggal secara tidak wajar).
Menarik dan unik, ya?
Pantai Parangkusumo

Jogja, atau Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya terkenal dengan wisata budaya dan alamnya yang indah, tapi juga populer dengan wisata mistisnya yang legendaris. Satu di antaranya ialah Pantai Parangkusumo, yang letaknya segaris dengan Pantai Parangtritis.
Para pecinta pantai pasti tidak asing dengan pantai indah ini. Selain karena keindahannya, Pantai Parangkusumo lebih terkenal dengan cerita mistisnya. Konon katanya, di sinilah tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Kanjeng Ratu Kidul, sosok yang diyakini sebagai penguasa laut selatan. Karena itulah, masyarakat setempat melakukan tradisi upacara setiap tanggal 30 Rejeb dalam penanggalan Jawa yang disebut Labuhan Alit Parangkusumo.
Untuk bisa mengunjungi Pantai Parangkusumo, Anda hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 15.000,- per orang (belum termasuk biaya parkir kendaraan). Plusnya, selain ke Pantai Parangkusumo, Anda juga bisa mengunjungi Pantai Parangtritis sekaligus karena keduanya berada di area yang sama.
Gua Jepang

Selain pantai, masih ada beberapa kenampakan alam yang bisa menjadi destinasi wisata mistis, lho. Satu di antaranya ialah gua. Meski beberapa gua dibuat oleh manusia, banyak orang yang melihat gua seperti tempat yang seolah muncul dari bawah tanah. Sering digunakan sebagai tempat persembunyian hingga jalur penghubung, gua juga diyakini memiliki sisi mistisnya sendiri, seperti Gua Jepang.
Secara spesifik, Gua Jepang terletak di Kecamatan Cimenyang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tempat yang menjadi gudang senjata zaman kolonial Jepang ini dibangun pada 1942-1943 dengan panjang sekitar 13,10 meter. Lokasinya berada di area Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, jadi Anda bisa berkunjung ke sini sekaligus menikmati suasana tenang hutan di tengah kota.
Meski bentuknya sederhana, Gua Jepang sangat populer, lho. Satu di antara penyebabnya adalah karena adanya mitos larangan menyebut kata “lada” di dalam gua. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, jika Anda menyebutkan kata “lada” ketika berada di dalam gua, maka akan terjadi fenomena kerasukan hingga penampakan yang menyeramkan. Konon katanya, kata tersebut dianggap sakral karena merujuk pada sosok yang dihormati oleh warga sekitar di zaman dahulu kala. Oleh sebab itu tidak boleh diucapkan sembarangan apalagi dengan niat meremehkan.
Meski begitu, banyak orang yang sudah menguji mitos tersebut dan tidak semuanya berhasil membuktikannya. Ada yang benar-benar merasa dihantui, ada juga yang tidak sama sekali. Kalau Anda, percaya atau tidak dengan mitos tersebut?
Taman Nasional Alas Purwo

Hutan adalah bentang alam yang indah dan menenangkan. Namun, banyak orang yang meyakini bahwa hutan menjadi tempat yang kental dengan hal-hal mistis. Seperti Taman Nasional Alas Purwo, sebuah destinasi wisata populer yang berada di ujung timur Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Dengan luas 43.320 hektare, Alas Purwo memiliki beberapa spot wisata yang menarik di dalamnya, seperti Pura Luhur Giri Salaka, Savana Sedengan, Gua Istana, Pantai Pancur, Pantai Ngagelan, hingga Pantai Cungur. Dengan banyaknya pilihan spot menarik tersebut, tidak heran jika Alas Purwo selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik tiap tahunnya. Bahkan, Alas Purwo semakin populer karena menjadi lokasi syuting dua film horor nasional yaitu Bayang-bayang Anak Jahanam pada 2017 dan Kutukan Calon Arang pada 2024.
Meski keindahannya tidak dapat dimungkiri, Alas Purwo tetap diyakini sebagai hutan yang angker. Hal ini dikarenakan warga setempat percaya bahwa terdapat kerajaan mahluk tak kasat mata di dalam Alas Purwo, jadi siapapun yang berniat tidak baik saat memasuki areanya tidak akan bisa pulang dengan selamat. Beberapa orang juga mengatakan pernah mendengar suara-suara tanpa wujud hingga bayangan yang menguarkan aroma wangi saat berada di Alas Purwo.
Gunung Kawi

Tidak hanya Alas Purwo, Jawa Timur memiliki destinasi wisata mistis lainnya yang bisa Anda kunjungi, lho. Satu di antaranya ialah Gunung Kawi. Hampir sama populernya dengan Alas Purwo, Gunung Kawi juga sangat lekat dengan sebutan destinasi wisata mistis.
Masyarakat Jawa Timur menjuluki Gunung Kawi dengan Gunung Pesugihan. Julukan tersebut muncul karena banyak orang yang melakukan ritual untuk mendapatkan kekayaan instan (pesugihan) di Gunung Kawi. Padahal, di area yang sama terdapat pesarean atau makam dari sosok berpengaruh yaitu Eyang Zakaria II (Eyang Djug) dan Eyang Raden Mas Soedjono, yang dikenal dengan Pesarean Gunung Kawi. Namun, karena banyaknya orang yang melakukan ritual pesugihan, Gunung Kawi lebih terkenal sebagai tempat mistis untuk pesugihan daripada sebagai wisata religi.
Wisata mistis yang berlokasi di barat daya Kabupaten Malang ini memiliki dua spot yang menarik, yaitu Pesarean Gunung Kawi dan Keraton Gunung Kawi. Sebelum memasuki area pesarean, Anda bisa menemukan klenteng dan ciamsi, rumah ibadah penganut Konghucu dan Buddha. Di area pesarean ini terdapat mitos menarik yaitu keberuntungan pohon Dewandaru, pohon yang diyakini tumbuh dari tongkat Eyang Djugo. Konon, Anda bisa mendapatkan keberuntungan jika berhasil mendapatkan ranting, daun, atau buah Dewandaru yang gugur. Namun, Anda tidak diperbolehkan mengambil secara langsung, karena itu pohon ini disakralkan dan diberi pagar pembatas.
Untuk spot kedua, Keraton Gunung Kawi berada di Desa Balesari, Kecamatan Ngajum. Berjarak 1,5 jam dari Kota Malang, terdapat dua makam yang dikeramatkan, yaitu makam Eyang Tunggul Manik dan Eyang Tunggul Wati. Sama seperti di Pesarean Gunung Kawi, terdapat rumah ibadah penganut Konghucu. Namun, suasana di area Keraton Gunung Kawi lebih hening dan sepi, maka tidak heran jika banyak orang merasa area ini lebih terasa misterius dibanding dengan pesarean.
Benteng Vredeburg

Zaman kolonial tidak hanya meninggalkan trauma secara mental pada masyarakat yang hidup di zaman itu, namun juga berbagai peninggalan bersejarah yang menjadi saksi bisu. Satu di antaranya adalah benteng, sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat berlidung dari serangan musuh. Ada banyak benteng yang ditinggalkan oleh para penjajah di tanah kita, dan menjadi situs destinasi wisata sejarah yang juga kental dengan atmosfer mistisnya seperti Benteng Vredeburg.
Benteng Vredeburg berlokasi di D. I. Yogyakarta, tepatnya di depan Gedung Agung dan Keraton Kesultanan Yogyakarta. Tempat yang diprakarsai oleh militer Belanda ini dibangun pada 1760 dan resmi selesai pada 1767 dengan nama Rustenburgh, yang berarti tempat istirahat. Lalu, ketika gempa terjadi pada 1867, benteng ini mengalami kerusakan dan dipugar kembali dan diganti namanya oleh Herman Willem Daendels menjadi Vredeburg yang berarti perdamaian. Meski namanya benteng, tempat dengan luas 46.574 meter persegi ini telberalih fungsi. Secara resmi, Benteng Vredeburg diubah menjadi museum oleh Prof. Dr. Fuad Hasan, Menteri Pendidikan pada 1992.
Dengan nama lengkap Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, tempat ini tidak hanya terkenal dengan lokasinya yang strategis dan megah, namun juga berbagai urban legend seperti penampakan noni Belanda berkaki kuda, suara derap kaki serdadu Belanda tanpa kepala, hingga aroma menyengat di waktu-waktu tertentu. Menarik, ya?
Benteng Fort Rotterdam

Di zaman penjajahan, tidak hanya Pulau Jawa yang merasa tercekam. Pulau-pulau lain juga sama tegangnya karena keberadaan penjajah. Gesekan antara warga lokal dengan penjajahan juga sering terjadi, karena itulah muncul berbagai benteng yang menjadi lokasi adu fisik antara mereka. Benteng-benteng tersebut masih berdiri kokoh, menjadi saksi bisu sekaligus pelajaran penting untuk anak-anak zaman sekarang. Seperti Benteng Fort Rotterdam yang berada di Makassar.
Bangunan ini berbeda dengan Benteng Vredeburg yang sejak awal dibangun menjadi benteng. Pada awalnya, Benteng Rotterdam adalah pusat perdagangan yang dibangun oleh Karaeng Tunipalangga Ulaweng, Raja Gowa ke-10 pada 1545 dengan nama Benteng Ujung Pandang. Karena kekalahan Gowa-Tallo pada perjanjian Bongaya di 1667, benteng ini jatuh ke tangan VOC dan dibangun kembali sebagai pusat administrasi dan perdagangan wilayah timur.
Apa sisi mistisnya?
Pada masa perebutan benteng, terjadi perlawanan antara tentara Belanda dan rakyat setempat hingga banyak korban yang meninggal di Benteng Rotterdam. Konon, arwah korban-korban tersebut masih sering menampakkan diri dalam bentuk bayangan atau suara tak berwujud. Meski begitu, kemegahan bangunan, nilai sejarah, hingga keindahan alam sekitarnya bisa menjadi alasan terbaik untuk mengunjungi Benteng Rotterdam, bukan?
Ingin berwisata ke Jawa Timur? Mampir ke Trowulan, yuk! Pusat Majapahit, Kerajaan Terbesar di Jawa
Bagaimana? Menarik semua, ya?
Jika bosan atau takut terjebak keramaian di tempat wisata mainstream, Anda bisa memilih satu tempat wisata mistis yang telah kami bahas. Pilih dua atau semuaya juga boleh, kok.
Jika Anda cari tahu lagi, setiap daerah selalu memiliki wisata mistisnya masing-masing. Namun, tidak semua wisata mistis tersebut memiliki nilai sejarah yang bisa Anda pelajari. Tentu, Anda boleh memilih dan mengunjungi wisata manapun sesuai waktu dan bujet Anda.
Namun, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan, menjaga sikap dan ucapan, serta tidak mengganggu pengunjung lain saat berwisata, ya. Jika berwisata dengan keluarga, selalu awasi anak-anak, dan selalu utamakan keselamatan diri sendiri sebelum membantu orang lain.
Semoga liburan lebaran Anda menyenangkan dan bermanfaat, ya!
See you!