Anda suka mie? Tahu tidak, di Indonesia ada banyak jenis mie, lho. Bukan cuma mie kuning dan bihun saja! Yuk, kenali 7 jenis mie lainnya!
Mi atau yang sering orang tulis “mie” adalah sumber karbohidrat yang sama populernya dengan nasi bagi warga Indonesia.
Saking sukanya dengan jenis makanan ini, tidak ada batasan waktu dan tempat untuk bisa menikmatinya. Mi ayam atau mi goreng di pinggir jalan, mi aceh di restoran, hingga mi cup instan yang sering membuat orang tertular ingin makan ketika di bus atau kereta.
Namun, tahukah Anda jika ada berbagai macam jenis mi di Indonesia? Tidak hanya diproduksi di dalam negeri, jenis-jenis mi ini juga memiliki ciri khas dalam pengolahannya hingga menciptakan tekstur, rasa dan aroma yang berbeda.
Penasaran ada jenis mi apa saja di Indonesis? Yuk, baca ulasannya berikut ini.
Mi Kuning
Sesuai namanya, mi ini berwarna kuning. Jenis mi yang paling sering dikonsumsi dan dimasak di Indonesia. Warnanya yang kuning bukan berasal dari pewarna kuning, ya.
Warna tersebut berasal dari bahan utamanya yaitu tepung terigu dan telur. Keduanya dicampur dengan ditambah air dan garam, hingga menjadi adonan lalu ditipiskan dengan metode tertentu kemudian diiris tipis-tipis sesuai ukuran yang diinginkan.
Karena terbuat dari telur, mi kuning juga sering disebut mi telur. Jenis mi satu ini biasanya dibuat dalam dua bentuk, yaitu mi kering dan mi basah. Mi kering memiliki sifat yang lebih awet, sebab itulah mi kuning kering digunakan untuk pembuatan mi instan atau mi dalam kemasan. Sedangkan mi kuning basah, biasanya digunakan untuk makanan cepat saji yang membutuhkan bumbu-bumbu yang lebih kompleks seperti mi aceh, bakmi jawa, mi tektek, mi ayam, dan sebagainya.
Popularitas mi kuning menjadi alasan utama banyaknya produsen yang menjual jenis mi ini di pasaran. Jadi, Anda tidak mungkin kesulitan mencarinya, karena mulai dari pasar, toko kelontong, mini market, hingga super market pun menjual mi kuning.
Beberapa merek mi kuning yang bisa Anda temui dengan mudah ialah Mi Burung Dara, Mi Telur Cap 3 Ayam, Mi Cap Ayam 2 Telor, dan Mi Telor Kepala Kuda Menjangan.
Bihun
Dilihat dari segi popularitas, urutan kedua selanjutnya adalah bihun. Kata bihun berarti beras (bi) dan tepung (hun). Sudah jelas, kan, bihun terbuat dari apa?
Karena terbuat dari tepung beras, berbentuk tipis dan kecil, bihun memiliki tingkat kekenyalan yang lebih rendah dari mi kuning. Namun, hal ini membuat bihun menjadi lebih mudah menyerap bumbu dan aroma bahan lainnya.
Mi jenis ini biasanya sering disajikan sebagai isian dalam bakso (bersamaan dengan mi kuning), isian pastel, dan dimasak menjadi berbagai macam masakan seperti bihun goreng sayur, bihun goreng bakso, bihun kuah pedas, dan sebagainya.
Ada beberapa merek bihun yang bisa Anda jumpai dengan mudah di pasaran, di antaranya Bihun Jagung Cap Tanam Jagung, Bihun Jagung Padamu, Bihun Jagung Pradami, Bihun Jagung Pilihan Bunda, dan lain sebagainya.
Sohun
Ada jenis mi lain yang sering disamakan dengan bihun karena sekilas tampak mirip sekali.
Namanya sohun atau yang sering disebut soun. Warnanya putih, tipis, kadang diiris lebih lebar, kadang juga berukuran sama dengan bihun. Hal inilah yang membuat sohun sering disamakan dengan bihun.
Padahal, keduanya memiliki bahan dan rasa yang tidak sama. Bihun terbuat dari tepung beras, kadang juga dicampur dengan sedikit pati jagung atau tapioka untuk memperkuat teksturnya. Karena terbuat dari dominasi tepung beras, bihun disebut juga rice vermicelli, namun sohun disebun vermicelli saja.
Di lain sisi, sohun biasanya dibuat dengan pati kacang hijau, meski sekarang juga bisa dibuat dengan pati lain seperti kacang tunggak, ubi, hingga kentang. Karena bahan pembuatan yang berbeda, tekstur dan rasanya pun berbeda.
Setelah matang, bihun memiliki warna putih yang lebih pekat. Berbeda dengan sohun yang warna putihnya lebih transparan. Selain itu, sohun juga memiliki tekstur yang lebih licin dibandingkan dengan bihun.
Meski berbeda, bihun dan sohun diolah dengan cara yang mirip. Dari cara masak yang direndam dengan air panas atau direbus setengah matang, bihun dan sohun juga sering dijadikan isian untuk bakso, diolah menjadi mi goreng atau mi kuah, hingga menjadi isian gorengan seperti pastel atau tahu isi.
Beberapa merek sohun yang sering ditemui di pasaran di antaranya ialah Sohun Kaca, Long Kou Vermicelli Sohun, Su Brand Vermicelli, dan Super Sohun Star.
Kwetiau
Jika sohun bisa diversuskan dengan bihun, maka kwetiau bisa kita versuskan dengan mi kuning.
Meski tidak mirip mi kuning sama sekali, kwetiau memiliki kekenyalan yang tidak kalah dari mi kuning. Bahan dari jenis mi ini sama dengan bihun, yaitu tepung beras. Meski begitu, kekenyalan kwetiau berbeda dengan bihun.
Dari namanya saja Anda pasti tahu jika kwetiau tidak asli Indonesia. Yups, benar. Jenis mi ini berasal dari Tiongkok. Karenanya Anda akan mudah menemukan sajian mi kwetiau di restoran khas Tiongkok.
Berbeda dengann mi kuning, bihun, dan sohun, yang biasa dijual dalam bentuk kering, kwetiau biasanya dijual dalam keadaan basah. Jarang ditemukan kwetiau dalam bentuk kering, meski ada pun, menemukannya tidak semudah mencari kwetiau basah.
Namun, sama dengan jenis mi sebelumnya, kwetiau bisa diolah dengan ditumis menjadi kwetiau goreng yang biasanya dicampur dengan berbagai bahan sayur dan daging, atau disiram dengan kuah kaldu yang memiliki rasa lebih ringan namun kompleks.
Beberapa merek kwetiau basah yang bisa Anda temukan denga mudah di pasaran ialah Kuetiau Kalimantan AHA, Kwetiow Djogjakarta, Kwetiau Djakarta, dan Kuetiau Gedung Panjang.
Mi Lethek
Jika mi kuning, bihun, sohun, dan kwetiau sangat dipengaruhi budaya Tiongkok, jenis mi satu ini terasa sekali khas Indonesia-nya.
Asalnya dari Bantul, Yogyakarta. Warnaya kecoklatan, karenanya disebut lethek atau letheg yang artinya kotor atau kusam. Tapi bukan berarti jenis mi ini terbuat dari bahan yang tidak baik, ya. Warna tersebut muncul karena mi lethek terbuat dari singkong, dan sedikit tambahan tapioka.
Ketika bakmi jawa yang berbahan dasar mi kuning menjamur, mi lethek tetap dinilai istimewa karena dianggap lebih khas Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh proses pembuatan mi lethek yang masih tradisional, dan tidak menggunakan pewarna atau pengawet.
Keistimewaan tersebut membuat mi lethek ditetapkan sebagai WBTB atau Warisan Budaya Tak Benda pada 2019 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pasti warga Bantul bangga sekali, ya?
Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, khususnya ke daerah Bantul, Anda wajib mencoba sajian mi lethek yang dimasak khas seperti bakmi jawa yag ditumis dan berkuah. Atau, Anda juga bisa membeli versi keringnya sebagai oleh-oleh.
Merek mi lethek yang paling terkenal ialah Mi Lethek Cap Garuda. Selain itu, masih ada merek lainnya seperti Mi Lethek Cap Semar, Mi Lethek Margo Mulyo Cap Busur Panah, dan Mi Lethek Reshik.
Mi Sagu
Selain mi lethek, ada lagi jenis mi lain yang khas lokal Indonesia. Namanya mi sagu.
Sekilas, penampakan mi sagu tidak jauh berbeda dengan mi lethek. Namun, keduanya berbeda, baik dari segi rasa maupun bahan pembuatannya.
Sesuai namanya, jenis mi ini terbuat dari sagu, satu di antara sumber karbohidrat yang biasanya digunakan sebagai pengganti beras.
Meski sagu sering dikaitkan dengan makanan pokok Indonesia bagian timur, mi sagu justru dikenal di Indonesia bagian lain. Tepatnya di daerah Selatpanjang, sebuah kota yang disebut sebagai Kota Sagu di Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Sama seperti jenis mi sebelumnya, mi sagu juga biasa dimasak dengan cara ditumis menjadi mi sagu goreng, atau direbus menjadi mi sagu kuah.
Karena dianggap sebagai ciri khas, mi sagu sudah menjadi kuliner wajib yang tidak bisa dilewatkan wisatawan yang berkunjung ke daerah Riau, terutama Kota Selatpanjang. Jadi, jika Anda berkunjung ke sana, jangan lupa mampir ke kedai atau restoran lokal untuk mencoba sajian mi sagu ini, ya.
Atau, jika Anda ingin membawa mi sagu sebagai oleh-oleh, Anda bisa membeli mi sagu kering di sana. Beberapa merek mi sagu kering yang biasa dijual di daerah Riau dan sekitarnya ialah Mie Sago Alami Barokah, Misagu Boedjang, dan Mie Sagoeku Khas Meranti.
Mi Organik
Jika sebelumnya mi berwarna kuning, putih, dan kecoklatan karena dibuat dari pengganti karbohidrat, ada jenis mi lainnya yang lebih berwarna, lho. Karena banyaknya warna tersebut, jenis mi ini disebut juga mi pelangi.
Apakah mi ini menggunakan pewarna? Iya, tapi warnanya muncul secara alami dari bahan pembuatannya. Mi ini juga dianggap lebih mahal karena terbuat dari sayuran dan buah yang lebih sehat dan diolah sedemikian rupa agar tetap enak dimasak.
Yups, namanya mi organik. Pecinta mi pasti sudah pernah mencoba jenis mi ini setidaknya sekali dalam seumur hidup. Selain keistimewaan dari warnanya yang variatif, mi organik juga memiliki rasa dan aroma yang sedikit berbeda, bergantung bahannya.
Ada banyak sayuran organik yang bisa digunakan dalam pembuatan mi organik. Namun, tidak semua sayuran digunakan oleh produsen mi organik. Mereka memilih sayuran yang memiliki warna dan rasa yang bisa menyatu dengan bahan utama mi tanpa mengubah tekstur mi. Beberapa sayuran yang sering digunakan mereka ialah bayam, wortel, sawi, daun katuk, buah bit, hingga brokoli.
Karena popularitas dan permintaan pasar yang cukup tinggi, ada banyak merek mi organik lokal yang bisa Anda temui dengan muadh di pasaran, terutama super market dan e-commerce. Beberapa di antaranya ialah Ladang Lima, Javara, Healtimie, Lingkar Organik, dan Alamie.
Bagaimana? Paling suka jenis mi apa, food lovers? Atau ada yang belum pernah Anda coba?
Kalau iya, jangan lupa dicoba, ya. Selain ketujuh jenis mi tersebut, masih ada beberapa jenis mi lainnya yang juga menjadi favorit banyak orang Indonesia. Di antaranya yaitu mi soba, mi udon, dan mi shirataki yang khas dari Jepang.
Sebelum memasak atau mengonsumsi mi, perhatikan jumlah porsinya, ya. Sebab, konsumsi karbohidrat yang berlebihan tidak baik bagi tubuh. Jadi, selalu imbangi sajian mi Anda dengan sayuran, protein, dan buah-buahan yang menyehatkan.
Akhir kata, happy weekend and happy eating! ^^