Anak Anda sering rewel? Enggan merapikan mainannya? Ajari mereka 7 kebiasaan baik ini, yuk! Agar hidup mereka lebih baik dan menyenangkan.
Beberapa waktu lalu, seorang kenalan mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Ia bercerita tentang seorang anak yang rewel ketika menunggu antrean bersama ibunya di sebuah mini market. Sebelumnya si ibu sudah memarahi anaknya karena berlarian dengan temannya di dalam mini market.
Ketika itu si ibu lanjut memarahi anaknya sambil mengancam tidak ada diajak ke luar rumah lagi jika si anak tetap rewel. Bukannya si anak diam, ia malah menangis keras. Alhasil si ibu terburu-buru membayar di kasir dan keluar.
Sikap si ibu yang memarahi anak di tengah keramaian sudah membuat orang lain di sekitarnya kurang nyaman. Sebenarnya si ibu bisa memarahi si anak dengan kalimat yang lebih pelan dan tegas, tanpa harus meninggikan suaranya.
Namun, yang lebih membuat kenalan saya merasa tidak enak hati adalah ketika ada orang lain yang menanggapi perilaku anak tersebut dengan dalih “Namanya juga anak-anak”.
Padahal anak-anak juga manusia, lho. Mereka bisa mendengar, melihat, berbicara, dan belajar. Anak-anak bisa belajar dari orang tuanya. Anak juga bisa belajar dari kesalahannya, ketika ia tahu bahwa perbuatannya merugikan dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Namun, akan lebih baik lagi, jika sebagai orang tua, Anda mendidik mereka sebelum mereka melakukan kesalahan.
Satu di antaranya dengan memberlakukan kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang sebenarnya sangat basic, yang akan sangat memudahkan iabersosialisasi di tengah masyarakat.
Ada banyak kebiasaan yang bisa Anda ajarkan pada anak. Untuk memudahkan, coba mulai dari 7 kebiasaan baik berikut ini.
Berbicara dengan Sopan dan Jelas
Anak-anak sering berbicara dengan nada yang keras, bahkan dengan kalimat yang kurang sopan ketika mereka sedang marah atau sedih.
Sebagai orang tua, Anda pasti akan merasa kesulitan ketika hal itu terjadi di tengah keramaian. Malu dan takut mengganggu orang lain, dan akhirnya Anda juga ikut marah dan membuat anak semakin marah dan sedih.
Untuk itu, Anda perlu mengajari anak untuk berbicara dengan sopan dan jelas. Beri mereka pemahaman, bahwa Anda hanya akan mendengarkan mereka kalau mereka berbicara dengan jelas dan sopan, bukan dengan kalimat yang tidak sopan sambil berteriak.
Ketika mereka marah atau sedih kali pertama, maklumi dan pahami mereka dengan memberi kalimat-kalimat yang lembut.
Namun, di kali kedua dan seterusnya, beri pemahaman dengan mengabaikan mereka ketika mereka berteriak atau berkata-kata tidak sopan. Tentu saja Anda harus tetap mengawasi aak agar mereka tidak melakukan hal yang berbahaya dan mengganggu orang lain.
Jika cara ini belum berhasil, maka Anda perlu berbicara empat mata dengan anak. Ketika malam hari sebelum tidur, atau ketika si anak sedang dalam kondisi moodnya tenang.
Berikan sugesti pada anak bahwa berbicara dengan sopan dan jelas akan memudahkan Anda memahami kemauan mereka. Yang tidak kalah penting, jangan lupa untuk menekankan pada anak bahwa tidak semua yang mereka mau bisa mereka dapatkan dengan mudah dan tidak semua yang mereka katakan harus dituruti.
Berbagi dan Menghargai Orang lain
Ketika anak sudah memahami tentang kepemilikan, mereka cenderung bersikap egois dengan hanya mementingkan dirinya sendiri. Bahkan, mereka kurang bisa bersosialisasi karena tidak suka berbagi dengan orang lain.
Padahal, sangat penting bagi anak untuk belajar tentang berbagi dan menghargai orang lain.
Mengapa?
Sebab, dengan memahami pentingnya berbagi dan menghargai orang lain, mereka akan lebih peka dengan situasi dan kondisi di sekitarnya. Anak akan mudah bergaul dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka mudah membantu orang yang membutuhkan dan tidak enggan mengalah pada temannya ketika situasi mengharuskan mereka demikian.
Karena itu, sebagai orang tua, Anda wajib mengajarkan untuk berbagi dan menghargai orang lain.
Beri contoh pada anak, ketika bertemu dengan orang tua yang butuh bantuan, dahulukan untuk membantu mereka. Ketika bertemu dengan anak yang lebih muda, jangan enggan untuk berbagi mainan atau makanan dengan mereka.
Tapi, jangan lupa untuk menekankan pada anak untuk selalu tahu batas kemampuan mereka. Jika mereka ingin membantu namun merasa tidak mampu, mereka harus memberitahu Anda sebagai orang tuanya, atau meminta bantuan orang lain yang lebih mampu.
Antre dengan Baik
Masih berhubungan dengan menghargai orang lain, antre adalah kebiasaan baik yang wajib anda ajarkan pada anak. Mungkin ini terkesan hal yang sepele. Namun, percaya atau tidak, ini adalah kebiasaan yang sulit diterapkan jika tidak dilatih.
Bahkan orang dewasa pun, masih ada yang tidak mau mengantre dengan baik.
Padahal, orang yang menyela antrean itu sangat tidak sopan dan mengganggu orang lain. Karena itu, Anda wajib sekali mengajari anak Anda tentang mengantre dengan baik.
Beri mereka pemahaman, dengan memberi contoh secara langsung. Sebab, anak-anak itu makhluk peniru. Mereka akan meniru apa yang dilakukan orang tuanya.
Jika Anda tidak memberi contoh, maka mereka juga tidak akan belajar dengan baik. Anda harus memberitahu mereka jika ada yang menyela antrean, maka akan ada orang yang dirugikan. Beri contoh dengan cara memposisikan anak sebagai orang disela antreannya.
Ketika anak memahami betapa tidak menyenangkannya disela saat mengantre, maka mereka akan taat megantre meski untuk hal sepele sekalipun. Namun, jangan lupa juga untuk meminta mereka memaklumi orang yang menyela antrean dalam situasi darurat seperti orang sakit ketika membutuhkan obat dengan segera.
Membersihkan Kamar dan Mainan Sendiri
“Dek, bantuin ibu beres-beres rumah, ya.”
Kalimat tersebut dan sejenisnya, adalah kalimat yang biasanya disampaikan orang tua pada anaknya. Untuk kali pertama, masih bisa dimaklumi.
Tapi, parents, jangan jadikan kalimat tersbeut sebagai kebiasaan, ya.
Sebab, dengan menggunakan kata “membantu”, anak hanya memahami bahwa pekerjaan rumah itu bukanlah kewajiban mereka. Mereka pun bisa jadi meminta imbalan dan jika tidak diberi, mereka menolak untuk “membantu”.
Karena itu, gantilah kalimatnya dengan “Bersih-bersih rumah, yuk. Adik beresin kamar dan mainan, ibu beresin di dapur, ayah di ruang tamu, ya!”.
Dengan mengulangi ajakan tersebut, pemahaman anak akan berubah. Mereka akan merasa bertanggung jawab dengan mainan dan kamar mereka, dan tahu bahwa kebersihan dan kerapian rumah adalah tanggung jawab bersama.
Jadi, selalu tekankan pada anak Anda bahwa tidak ada frasa “membantu orang tua” untuk masalah perawatan rumah. Yang ada adalah “merawat dan membersihkan rumah bersama”.
Menabung untuk Membeli Barang yang Diinginkan
Kebiasaan satu ini sering dilupakan oleh orang tua. Tentu saja dalihnya “kasih sayang”. Padahal, jika sejak kecil tidak diajarkan kebiasaan ini, anak hanya akan bergantung pada orang tua, dan mungkin orang lain di keluarganya.
Yups, kebiasaan menabung.
Kebutuhan anak seperti makanan, pakaian, rumah, dan pendidikan adalah tanggung jawab orang tua. Namun, ada batasan-batasan tertentu untuk hal-hal tersebut.
Misalnya, makanan yang sehat tiga kali sehari dan snack secukupnya, adalah tanggung jawab orang tua yang wajib diberikan pada anak. Namun, ketika anak menuntut jumalh snack yang lebih banyak, hingga mainan yang melebihi kebutuhannya, hal ini sudah melebihi kewajiban orang tua.
Karena itu, anak wajib diberi pemahaman bahwa keinginan mereka adalah tanggung jawab mereka. Orang tua bisa saja mengabulkannya, tapi rasa tanggung jawab anak bisa berkurang karena merasa akan selalu diberi jika meminta pada orang tuanya.
Namun, ketika anak berjuang dan berusaha sendiri untuk mendapatkan keinginannya, rasa tanggung jawab mereka akan sama besarnya dengan usaha mereka. Mereka akan lebih menghargai apa yang mereka miliki dan memahami bahwa tidak semua yang mereka inginkan bisa tercapai degan mudah.
Jadi, ajarkan anak Anda untuk menabung dan membeli barang yang mereka inginkan, alih-alih mengabulkan setiap permintaan mereka, ya, parents. Tapi, jangan lupa juga untuk selalu meringankan usaha mereka ketika mereka sudah berusaha keras dengan memberi mereka uang jajan lebih atau memberi mereka hadiah kejutan.
Membuang Sampah pada Tempatnya
Percaya atau tidak, ini adalah kebiasaan paling dasar, paling mudah, namun orang dewasa pun masih ada yang tidak menguasai kebiasaan ini.
Kita pun sebagai orang dewasa juga sudah tahu, sejak duduk di sekolah dasar, guru kita selalu mengingatkan kita untuk membuang sampah pada tempatnya. Tapi, sampai dewasa pun, kita masih menjumpai orang yang enggan membuang sampah pada tempatnya.
Padahal, ini adalah kebiasaan paling mendasar, lho. Anak-anak sudah diberi wawasan tentang pentingnya membuang sampah dengan baik di sekolah, maka tugas orang tua adalah membiasakan mereka di rumah dan di luar sekolah.
Tentu Anda harus memberi contoh, ya, parents. Selalu ingatkan anak tentang bahaya membuang sampah sembarangan, dan sesekali puji kebaikan mereka yang sudah membuang sampah dengan baik.
Jika terbiasa, tanpa keberadaan Anda dan gurunya pun, anak akan selalu membuang sampah di tempatnya. Dan, kebiasaan baik yang dilakukan anak Anda, bisa jadi akan menular pada temannya, lho.
Makan Makanan yang Sehat dan Berolahraga
Hingga dewasa, banyak orang yang merasa mereka tidak dibiasakan untuk makan makanan yang sehat sejak kecil. Orang tua pun mewajarkan ketika anak hanyak makan makanan yang mereka sukai.
Terutama di budaya kita, anak yang tidak mau makan sayuran dianggap normal. Padahal sayuran adalah makanan yang sehat. Orang tua juga cenderung abai dengan keseimbangan gizi dan pola makan anak.
Jika anak tidak ada masalah atau tidak ada alergi, anak tidak seharusnya pilih-pilih makanan. Apalagi jika itu makanan yang sehat dan anak sangat membutuhkan kandungan gizi yang ada di dalamnya. Bila bukan Anda, orang tuanya, yang membiasakan makan makanan sehat, siapa lagi?
Tentu saja Anda harus lebih kreatif dalam membujuk anak agar mereka bersedia makan makanan yang sehat. Misalnya, memasak dengan menu yang variatif, penyajian yang menarik, hingga memberinya contoh langsung ketika makan bersama.
Selain makan makanan yang sehat, Anda juga wajib membiasakan anak untuk berolahraga. Berolahraga sering diabaikan oleh orang tua dengan alasan sibuk atau alasan lain seperti “Kan sudah ada pelajaran olahraga di sekolahnya”.
Parents, olahraga itu baiknya dilakukan setiap hari minimal tiga kali seminggu dengan durasi 30-60 menit untuk orang dewasa. Jujur saja, banyak orang tua yang tidak terbiasa berolahraga sedari kecil, lalu ketika dewasa mereka sibuk bekerja, dan melupakan pentingnya olahraga.
Orang dewasa baru ingat pentingnya olahraga ketika mereka merasa kurang sehat, mudah lelah, mudah sakit, atau kelebihan berat badan. Anda tidak ingin anak Anda seperti itu juga, kan?
Karena itu, ajak anak Anda berolaharga bersama di akhir pekan atau ketika Anda dan anak sedang libur di rumah. Dengan begitu, tidak hanya sehat secara jasmani, hubungan dan komunikasi Anda bisa menjadi lebih dekat dengan anak. Sangat efektif, bukan?
Bagaimana, parents?
Sebenarnya masih ada banyak kebiasaan baik lainnya yang wajib Anda ajarkan pada anak. Namun, mulailah dari tujuh kebiasaan tersebut. Setelah itu, Anda bisa menambahkan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya dengan cara yang tepat untuk anak Anda.
Jangan lupa, untuk selalu memberikan contoh secara langsung pada anak agar merek lebih mudah membiasakan dirinya dengan hal-hal yang baik. Karena setiap anak akan selalu meniru perilaku orang tuanya, sebelum mereka memiliki karakternya sendiri.
The last but not the least, semangat mendidik anak, ya, parents!
Semoga Anda sekeluarga selalu sehat dan bahagia ^^